Rajin menulis itu harus dipaksakan, ternyata. Di tahun lalu saya pernah bertekad untuk menulis di blog setiap minggu, entah apa pun isinya, hanya agar saya rajin menulis. Saya juga memaksa diri untuk menulis jurnal rasa syukur setiap pagi, yang biasanya hanya bertahan selama dua minggu sebelum akhirnya berganti kembali menjadi seminggu bahkan sebulan sekali. Mengapa sulit menulis setiap hari, padahal banyak yang ingin ditulis? Klise, tidak ada waktu. Padahal sih rajin memantau sosial media, hahaha. Sewaktu SMP-SMA saya menulis setiap saat. Setiap ada waktu luang. Menulis ratusan cerpen dan puisi yang saya kirimkan ke media cetak untuk tambahan uang saku. Mengikuti berbagai lomba karya tulis juga untuk uang saku. Menulis diari. Menulis fan-fic untuk bacaan pribadi saat saya tidak sabar menunggu sekuel novel atau serial favorit. Menulis novel panjang yang tak kunjung selesai dan ketika dibaca kembali terasa konyol sekali. Dulu menulis itu menyenangkan dan menjadi semacam esc...