Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Kita semua hanya berusaha untuk tidak tenggelam.

Live and let live . Kalimat itu selalu berusaha saya tanamkan di pikiran saya setiap kali terlintas untuk menghakimi, mengomentari, atau menyinyiri orang atau keadaan di sekitar saya. Semua orang punya perjuangan dan alasannya sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan apapun itu. Karena itu saya sudah lama berhenti memperhatikan apa yang orang asing lakukan: artis, selebgram, segerombolan ibu-ibu arisan... apapun konteksnya. Pilihan cara melahirkan, tebal make up, jumlah arm candy di tangan, cara mendidik anak, pilihan caleg saat pilkada... selama tidak membahayakan hidup saya, I just live and let live. Hidup lebih damai seperti itu. (Tentu saja kalau orangnya Fahri Hamzah, Fadli Zon atau Jokowi, sulit untuk live and let them live their life karena apa yang mereka lakukan mempengaruhi nasib rakyat banyak, termasuk saya. Tapi itu beda hal, dan butuh satu posting panjang berbeda). Hanya saja, terkadang sulit untuk live and let live apabila objeknya adalah orang-orang yang kita

So Long, Rollingstone

Awal tahun ini daya mendengar kabar menyedihkan yaitu penerbitan edisi terakhir majalah Rollingstone Indonesia. Iya, Rollingstone akhirnya gulung tikar, menyusul majalah Hai yang juga mencapai ujung perjalanannya di pertengahan tahun 2017 lalu. Sedih, ya, padahal mereka dua media yang menemani hari-hari saya di masa remaja dan awal mendewasa. Saya sedang tidak berselera membahas matinya media cetak, yang salah satunya tentu karena makin maraknya webzine (atau kurangnya minat baca?), namun ada sedikit ngilu di hati kalau teringat bahwa matinya Rollingstone tentu juga berarti matinya mimpi anak-anak muda untuk menjadi jurnalis musik, hal yang juga pernah menjadi cita-cita saya di suatu waktu. Selamat berpisah, Rollingstone, dan terima kasih atas semua kenangan indah yang kauberikan lewat perantaramu: wawasan akan band-band baru yang kaubagikan, diskusi-diskusi dengan sahabat masa kuliah, pesta-pesta musikmu yang luar biasa, dan warna-warni yang kaupoleskan pada kami yang per

Kencan

Setelah mempunyai dua anak, dan apalagi setelah tidak punya babysitter lagi, urusan kencan menjadi prioritas yang kesekian bagi saya dan Mr Defender (atau bahasa halusnya, terlupakan). Apalagi saat ini di mana Mr Defender bekerja di kota lain dan hanya ada di rumah saat akhir pekan (pun tidak setiap minggu) semakin sulit rasanya menyisipkan jadwal kencan di antara waktu kebersamaan kami yang terbatas. Padahal, menurut saya nih, kencan itu penting loh untuk memelihara romansa di antara sepasang manusia yang mungkin sudah mulai pudar karena jarak, rutinitas pekerjaan dan anak-anak. Nah lalu solusinya bagaimana dong? Kalau buat kami, ada beberapa aktivitas yang kami lakukan buat mengganti malam mingguan standar makan di luar: 1. Mengajak anak-anak jalan ke taman. Waktunya bisa pagi atau malam. Kebetulan di tempat kami tinggal banyak taman yang luas. Anak-anak bersepeda, main skuter, naik ayunan atau naik mobil-mobilan sewaan. Kami bisa duduk santai berdua sambil makan kacang rebus, m