Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Akhir Tahun

Keluarga saya sedang berkunjung ke Tarakan dengan formasi lengkap, namun saya harus bersiap untuk tugas ke Bali. Saya sebenarnya ingin membawa anak-anak, namun tidak tega membiarkan orangtua saya yang sudah jauh-jauh kemari harus sendirian di rumah. Akhirnya saya memutuskan meninggalkan Mbak Rocker dan si Racun Api bersama ibu saya di rumah selama dua malam. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka berada jauh dari saya. Walaupun saya yakin mereka berada di tangan yang aman, namun tetap saja saya merasa berat. Mr Defender meyakinkan saya bahwa bagus juga memiliki beberapa hari waktu berdua, mengunjungi teman kami di sana, dan bahkan saya berencana untuk bertemu Miss Turquoise di sana, yang akan ke Bali untuk merayakan tahun baru. Selamat tahun baru, semua!

Berbenah...

Tahun ini hampir berakhir, namun perasaan murung saya belum juga pergi. I don't know, I wake up feeling uninspired and go to bed feeling worn out, each day and everyday. And this is so not me. My husband always said that I'm a bunch of energy ball, I never ran out of energy and I did always smile. How could this happen to me? How could the negativity got the best of me .  Saya butuh merasa bersemangat lagi. Merasa punya kontrol lagi atas diri sendiri. Merasa nyaman dengan diri sendiri lagi. I miss that feeling, the feeling like I can conquer the world. I need to fix this. I need to fix myself. I need to take the control back. Maka saya membuat daftar resolusi , just to keep myself on track the very next year. I'll share it next year. In the meantime, let me just declutter my mind.

Girl Crush: Audrey Leighton

New love... So very chic So very french girl I want to be her!

my feel good movie: family

Keluarga adalah tema film favorit saya, bahkan lebih dari film action atau film romantis. Film keluarga juga paling bisa menghangatkan hati dan bikin saya menangis di tengah film dibanding saat nonton film lainnya.  Dan nonton film keluarga juga adalah salah satu date night in favorit saya! Berikut ini referensi film dengan tema keluarga favorit saya (tentu saja, di dalamnya tidak akan ada The Parent Trap atau Lassie, ya :): Everybody's Fine Film tentang seorang duda kesepian yang merindukan empat anak kebanggaannya. Dia memutuskan melakukan perjalanan mengunjungi keempat anaknya dan kemudian menemukan berbagai fakta mengejutkan tentang anak-anak yang selama ini tidak diketahuinya: seorang pecandu, anak yang bercerai dari suaminya, anak yang tidak sesukses perkiraannya, seorang anak di luar nikah dan anak yang berubah orientasi seksual. Kemudian di penghujung perjalanan ia masih harus dikejutkan dengan kematian salah satu anaknya. Filmya mengaduk-aduk emosi dan mencermi

Siapa Duluan?

Di jaman serba digital dan serba medsos seperti sekarang, gampang banget bagi kita ibu baru untuk memperoleh informasi. Baik info dari artikel, jurnal, penelitian, pendapat ahli yang semuanya bisa diperoleh dalam satu klik saja, sampai dari forum, obrolan dengan sesama ibu, sampai ngintip status atau postingan ibu-ibu lain. Ehem! Hal yang tadinya tujuannya bagus, yaitu berbagi informasi perkembangan anak, lama-lama tanpa saya sadari berubah menjadi semacam ajang bersaing antar ibu-ibu. Saya cukup kaget sebenarnya, maklum saya baru beralih ke smartphone saat Mbak Rocker sudah berusia enam bulan lebih, dan baru mulai menggunakan satu dua sosial media via tab ya setelah si Racun Api lahir. Jadi bisa dibilang sampai usia Mbak Rocker dua tahun, saya nggak pernah membandingkan milestone anak dengan siapa pun. Paling ya anaknya teman-teman (di dunia nyata yang tiap hari ketemu), anak tetangga, anak-anak orang lain di Posyandu atau dokter anak.  Sejak si Racun Api lahir, karena se

Overwhelmed

Seperti biasa, blog ini kembali ditelantarkan :D Truth to be told, I was overwhelmed. I was exhausted. Dua bulanan kemarin, saya merasa mencapai titik yang sangat rendah dalam hidup. Bukan karena apa-apa, penyebabnya "cuma" kelelahan secara fisik, mental, dan emosi. Bermain sirkus dengan kerja kantoran yang ritmenya lumayan padat, dua batita yang super aktif dan menuntut perhatian penuh, katering rantangan one woman show,  mengurus rumah di saat suami bertugas keluar kota, ditambah lagi aktivitas saya di sebuah organisasi sosial yang lumayan sibuk, membuat saya benar-benar tidak menyisakan waktu untuk diri sendiri. Hasilnya, saya mau meledak. Dan pada akhirnya anak-anaklah yang pertama merasakan dampaknya. Dua malam yang lalu, Galuna minta dibacakan buku sebelum tidur. Sheva sudah tidur, dan saya lelah sekali, namun saya bacakan juga satu buku, dua buku. Dia meminta lagi, lalu saya yang sudah lelah bilang, "Sudahlah, Kak, tidur, sudah malam. Ibu capek."

Jualan

Tahun ini, saya menjalankan dua usaha kecil-kecilan: agen travel dan katering rantangan. Dari segi penghasilan, lumayan lah ya, apalagi saya tidak mempekerjakan siapa pun dan relatif tidak mengeluarkan modal besar. Kedua usaha ini juga lumayan bebas risiko karena saya baru bekerja jika ada yang memasan. Tapi dari segi energi, saya kelelahan. Sangat. Terutama karena katering yang menuntut saya bangun pagi buta dan tidur malam mempersiapkan semuanya. I'm no Astri Nugraha, people. Meskipun begitu, saya merasa bahagia karena ini adalah sesuatu yang saya sukai. Jualan. Dari dulu saya menikmati jualan. Sebelum menikah saya suka kulakan baju grosir lalu menjualnya secara kredit di kosan. Saya menikmati prosesnya, walau nggak selalu memperoleh keuntungan. Namanya juga jualan, bukan kalkulator Karce yang untung terus. Sekarang ini, dengan pekerjaan penuh waktu dan dua anak batita, memang harus saya akui jualan menjadi sesuatu yang sangat menantang dari segi waktu. Apaka

Disney Princess I Love

Saya percaya semua perempuan di dunia ini i s a disney girl at heart . Yang percaya akan living happily ever after . Kalaupun tidak, mungkin dia cuma belum menemukan putri Disney yang resonate and relate to her . Saya sendiri suka banget film-film putri-putrian Disney, dan sebelum pada menghakimi kalau putri-putrian itu seksis, etc etc, udah pada nonton semua film putri Disney belum? Princess Disney banyak lho dan karakternya juga beda-beda banget dari yang lemah lembut macam Cinderella sampai yang fierce kayak Merida. Yakin deh dari sekian banyak putri itu pasti ada satu yang nyantol di hat, dan ada pelajaran yang bisa dipetik dari masing-masing putri Disney yang lebih dari sekedar menemukan pangeran idaman dan hidup bahagia selamanya. Kalau saya pribadi, putri Disney favorit saya ada beberapa: Belle The pretty weirdo! The bookworm. The very special one. Not to mention she is in love with Beast for what he is! So of course I love Belle.  Bagi saya Belle adalah si feminis dari

Mbak Rocker dan Sekolah

Sejauh umurnya yang dua tahun lebih sedikit ini, Mbak Rocker sudah beberapa kali mengalami 'sekolah'. Yang pertama di TPA nya dulu di Samarinda yang juga memiliki kelas PAUD. Kemudian ketika tiba di Tarakan, kami 'menyekolahkan' dia di sebuah daycare montessori . Awalnya Mbak Rocker bahagia sekolah di situ, dan saya juga merasa cocok dengan metode pendidikan di situ. Mainannya banyak dan edukatif, buku-bukunya bagus, pengasuhnya bagus, pemiliknya juga sangat berpengalaman di dunia PAUD dan montessori. Cocok banget lah walaupun agak mahal. Tapi semua berubah setelah negara api menyerang, hehehe... Tiba-tiba ada serombongan anak dari US dan Australia yang pindah dan bersekolah di situ, dan tentu saja mereka berbahasa Inggris. Karena Mbak Rocker merasa terkucilkan tidak bisa berinteraksi dengan mereka, akhirnya Mbak Rocker memutuskan untuk berhenti sekolah. Ya sudah, kami tidak mau memaksakan karena usianya juga masih terlalu muda untuk sekolah tiap hari. Saya sen

Cintapuccino

Sejauh ini, Cintapuccino adalah satu-satunya novel dari genre chic-lit yang saya suka. Saya membacanya di awal-awal masa kuliah dan ketika itu sempat bertanya-tanya, jangan-jangan saya terlalu meremehkan chic-lit. Walaupun kisah yang diangkatnya ringan, tapi berbeda dengan banyak chic-lit lain, dia sangat relatable. Mengisahkan cerita cinta SMA yang nggak kesampaian dan masa-masa SMA-kuliah badung yang rasanya semua orang mengalami.  Saya kadang teringat novel ini saat hidup sudah hiruk pikuk dengan jadwal antar jemput anak, bayar gas dan cicilan mobil serta diteror deadline pekerjaan di kantor. Teringat bahwa kita semua pernah mengalami masa di mana persoalan hidup masih sederhana, saat di mana jutaan kupu-kupu itu nyata. Cinta yang berbunga-bunga, degdigder rasa di hati menunggu ditembak gebetan dan sebagainya. Teringat bahwa saya pun dulu pernah punya cowok.idaman dan terobsesi seperti Rahmi. Punya geng cewek. Mengalami masa sulit remaja yang rasanya kalau diingat saat ini,

Anak Kampung

Sejak pindah ke rumah (kontrakan) baru yang lokasinya di pinggir jalanan kampung, saya perhatikan anak-anak saya, Mbak Rocker dan si Racun Api, kulitnya semakin menghitam. Memang matahari Tarakan ini luar biasa menyengatnya, cepat bikin gosong. Untungnya karena di pulau kecil, angin lautnya sepoi-sepoi jadi panasnya bukan panas yang bikin gerah seperti di Jakarta atau Surabaya. Tentunya kulit yang dipanggang matahari itu adalah hasil dari rajinnya anak-anak saya bermain di luar rumah. Di lingkungan sekitar rumah saya banyak anak-anak kecil mulai dari yang balita sampai yang usia SD, dan mereka sering bermain di pelataran rumah kami. Tentunya anak-anak saya langsung nimbrung ikut main dengan mereka.  Kadang juga Cus, pengasuh anak kami membawa mereka main ke tetangga yang umumnya punya halaman luas tempat anak-anak bisa berlarian, main rumput atau bersepeda. Makanya setiap sore anak-anak sudah akan gosong, berlelehan keringat dengan aroma ubun-ubun yang asem luarbiasa (na

Lembaran Baru!

Di tahun pertama memulai kehidupan baru di Tarakan, kami menyerahkan keputusan pencarian rumah tinggal kepada salah satu teman Mr Defender yang tinggal di kota ini. Karena keterbatasan waktu dan karena kami juga nggak sempat mencari rumah sendiri waktu itu, kami tidak mau merepotkan. Syarat rumahnya cuma satu: dekat dengan kantor. Kami juga memberitahu jumlah kamar yang dibutuhkan sekian, dengan anggaran sekian. Dapatlah kami rumah kontrakan pertama kami, yang memenuhi semua syarat yang kami ajukan. Kami berdua dari awal sepakat akan mencari rumah baru setelah kami tinggal di Tarakan jika memang rumah yang pertama tidak cocok. Dan setelah setahun berjalan ternyata kok ya memang nggak cocok... rumahnya sudah sangat tua sehingga banyak bagian yang perlu perbaikan, namun pemilik rumah tidak berkenan memperbaiki. Di samping itu, tempat parkirnya sangat sempit dan tidak ada halaman, padahal anak-anak saya butuh lahan luas terlebih saat si Racun Api mulai belajar berjalan. Akhirnya

Selamat Satu Tahun, Racun Apiku!

Wisanggeniku, my poison of fire . Happiest birthday, my firecracker.  Kamu tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, aktif, dan lucu. Kamu sudah mulai berjalan sebulan yang lalu, sudah mulai mengoceh dan bermain bersama kakakmu, mulai menyobeki buku dan memreteli mainan-mainan. Begitu senang hati ibu tiap kali menatap mata besar bulatmu, cahaya hidupku. Semoga kamu dijauhkan dari segala marabahaya. Semoga Tuhan melindungimu di setiap langkahmu, semoga semesta melapangkan jalanmu menggapai semua mimpi-mimpimu. Jadilah bahagia, jadilah mulia. Jadilah lentera di tengah kegelapan. Jadilah seperti namamu, Wisanggeni si racun api, yang menyuarakan kebenaran di saat paling sulit. Kami mencintaimu.

Rehat

Setengah tahun ini, saya merasa luar biasa sibuk. Saya ingin punya lebih banyak waktu luang untuk keluarga dan anak-anak saya. Ingin menikmati dan menjalani hidup secara lebih perlahan. Kesibukan kantor dan perjalanan yang seakan tidak ada habisnya seringkali membuat saya merasa penat, ingin berhenti sesaat dan menghilang dari hiruk pikuk. Minggu lalu kami berlibur seminggu di Jakarta untuk mengantar adik saya yang akan menjalani SM3T di Rajaampat. Sungguh melegakan bisa bersantai sebentar, dan terutama menghabiskan waktu bersama Mbak Rocker dan Racun Api. Saya bahkan bertemu lagi dengan beberapa sahabat lama di ibukota. Mbak Rocker banyak berenang, si Racun Api tak bosan main perosotan dan ayunan. Saya dan Mr Defender juga sangat menikmati waktu bersama yang jarang-jarang karena kesibukan kerja. Walaupun begitu kembali ke Tarakan, Mr Defender harus kembali bersiap pergi ke luar kota untuk penugasan lain. Bulan depan, si Racun Api akan berulang tahun yang pertama. Sungguh heba

girl crush: Yoesi Ariyani

Ayu banget Yoesi Ariyani ini, dan bikin pengen merawat diri luar dalam biar bisa growing old beautifully seperti dia. Tentunya Yoesi merawat diri dengan menjadi vegan dan rutin menari tradisional ya biar cantik jiwa raga, jadi apalah hamba ini.

Bringing Up Bebe

Bulan puasa datang lagi. Bulan puasa artinya pengurangan jam kantor yang tahun ini, banyak saya manfaatkan untuk memasak jualan tajil dan katering, hahaha. Dan karena pulang lebih awal, saya (yang tidak berpuasa) juga jadi punya lebih banyak waktu untuk menyelesaikan membaca buku-buku yang sudah lama dibeli namun belum dibuka plastiknya, apalagi dibaca! Salah satu buku yang saya selesaikan baru-baru ini adalah Bringing Up Bebe karya Pamela Druckerman. Saya tertarik membelinya karena pada saat saya hamil Mbak Rocker, buku ini direkomendasikan di salah satu artikel di Female Daily (atau Mommies Daily ya, lupa). Sejak saat itu saya berniat membeli buku ini, namun Mr Defender baru menemukannya di Kinokuniya ketika bertugas ke Jakarta bulan lalu. Dari semua buku parenting yang saya baca, akhirnya buku ini yang paling saya sukai. Ini adalah buku parenting pertama yang membuat saya merasa tidak sedang dihakimi, dan ini juga adalah buku yang paling realistis. Memang banyak yang membu

french women for all season

Akhirnya selesai juga baca buku ini setelah sebelumnya baca yang serian Don't Get Fat. Bukunya gak jauh beda sih sama yang french women don't get fat, tapi lumayan ngasih insight kalau dibanding buku-buku diet lainnya.

Privilege

Setiap sehabis saya melakukan perjalanan menjadi relawan, saya selalu pulang dengan syukur dan kegelisahan. Rasa syukur dan kegelisahan saya, lucunya, punya sumber yang sama, yaitu dari melihat kesenjangan. Antara diri saya dengan mereka yang lebih tidak beruntung, di mana saya menjadi relawan. Saya dengan anak-anak pulau terluar yang tidak punya gedung sekolah. Atau saya dengan anak panti asuhan. Saya tidak pernah bisa pulang tanpa merasa sedikit sedih. Saya sering merasa iri pada seorang teman, Miss Sunshine namanya, yang merupakan salah satu orang paling baik hati, ceria dan ringan tangan yang pernah saya kenal. Dia akan memberikan 100% di tempat dia menjadi relawan, lalu pulang ke kota dan spa di salon sehari penuh dengan sama cerianya. Saya tidak pernah bisa. Setiap saya kembali, saya selalu merasa ditampar. Tamparan sakit yang layak saya dapatkan. Dan alangkah sering saya mengeluh tentang ketidaksempurnaan atau ketidakadilan hidup dan semesta pada saya. Bahwa saya seharusn

Gadis Pantai

Bukan, bukan judul novel Pramoedya Ananta Toer. Tapi anak saya, Mbak Rocker. Tinggal di pulau kecil yang dikelilingi laut memang membuat kegiatan kami nggak jauh-jauh dari bermain di pantai. Main air dan main pasir. Kadang mencari kerang-kerang di sepanjang pantai. Kalau kami beruntung, kadang menyaksikan kerang yang masih hidup, juga kepiting kecil menggali lubang di atas pasir. Kadang anak-anak saya mengumpulkan rumput laut yang hanyut terbawa ombak, lalu kami akan membawanya pulang untuk dikeringkan lalu dibuat agar-agar atau es rumput laut. Kadang mereka menerbangkan layang-layang. Kadang kami tidak turun ke pasir sama sekali, hanya duduk di warung, anak-anak bermain ayunan dan kami minum es kelapa. Menikmati pisang goreng dan pisang kapah dengan sambal cocol yang segar dan nikmat. Merasakan hembusan angin sepoi-sepoi. Menatap langit yang birunya aduhai. Hidup sederhana memang nikmat, kata Mr Defender. Bukankah suasana santai begini yang semua orang cari dan rindukan?

Anakku, Aturanku

Saya selalu menganggap diri saya termasuk ibu yang santai soal anak-anak. Tidak harus no gulgar saat MPASI, tidak melarang anak saya main tanah, santai saat mereka main pasir di pantai atau main bersama anak lain di playground. Santai kalau misalnya main di rumah teman lalu si teman memberikan Mbak Rocker cheetos atau oreo. Saya juga santai soal milestone dan tumbuh kembang anak, tidak terlalu mengikuti panduan babycenter anak segini harus sudah begini. Santai banget lah pokoknya. Tapi... saya juga punya batasan-batasan yang tidak bisa ditawar soal mendidik mereka, khususnya masalah perilaku. Kalau di Bringing Up Bebe, mungkin ini yang saya sebut dengan cadre -nya anak-anak saya. Saya punya beberapa batasan yang ketat, namun segala hal di sekitarnya boleh longgar. Dan soal batasan-batasan ini, saya tidak bertoleransi. Saya tidak membagi batasan ini dengan semua orang (kecuali ditanya). Dan saya rasa semua ibu pasti punya cadre-nya sendiri. Belum tentu ibu-ibu yang nampak posh da

Selalu ada hal untuk disyukuri...

... seperti air bersih, anak yang sehat, cuaca yang tak panas dan tak hujan. Rumah untukmu bernaung. Makanan. Teman-teman yang mungkin tak ada di sisimu namun hadirnya selalu terasa di dalam hati. Melihat sekeliling. Segala yang engkau miliki, dan yang tidak kaumiliki, segala yang engkau inginkan dan ingin coba engkau raih. Bersyukurlah engkau masih punya hal untuk diinginkan.

Not sweating the small stuffs.

Tiap-tiap kamu menyakitiku dengan cara yang paling sederhana dan seringkali tidak kamu sadari, aku sangat ingin menegurmu dan memberitahumu, bahwa kamu telah mengikis sedikit demi sedikit cinta di dalam hatiku. Namun tiap-tiap kali, detik selanjutnya datang membawa ingatan tentang kamu yang ingin memberiku seisi jagat raya seandainya bisa, lalu hal-hal kecil yang sederhana tadi terasa tidak berarti, dan aku akan jatuh cinta sekali lagi, lagi dan lagi.

Another Birthday to Come

... but I'm not excited, hahaha... Sejak melewati usia SMA saya tidak lagi merasa bersemangat dengan ulang tahun dan bertambah umur. I'm not growing any younger, rite? Ulang tahun berarti saya bertambah umur, dan seiring kita menjadi dewasa, that's no longer cool! Hahaha. Kata orang, semakin kita bertambah usia nanti, kita akan lebih banyak menyesali hal-hal yang tidak sempat kita lakukan dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Jadi pengalaman minum alhokol murahan yang bikin alergi sebadan-badan, atau menyatakan cinta dengan bodohnya di depan orang banyak (dan ditolak pula!), hubungan penuh racun, semuanya tidak perlu membebani hidup kita terlalu lama. Fokus pada mensyukuri apa yang kita miliki dan menemukan hal-hal baru dan pengalaman seru untuk diceritakan nanti kepada anak cucu. Hidup harus terus dinikmati, karena kita tak akan pernah semuda hari ini lagi.

Tentang (Jatuh) Cinta

Orang jatuh cinta dengan cara yang misterius. Apakah itu cinta pada pandangan pertama kepada sosok yang tiba-tiba menangkap mata kita di tengah hiruk pikuk peron kereta api, atau cinta yang tumbuh perlahan kepada sahabat yang setiap hari berbagi canda saat makan siang bersama. Tidak ada yang tahu kepada siapa cinta kita selanjutnya akan jatuh. Apakah cinta memilih kakak kelas ganteng yang jago basket dan digilai semua cewek di sekolah. Ataukah dia memilih si cowok biasa-biasa saja dengan model rambut yang ketinggalan zaman, yang duduk di bangku belakang dan hobi menyalin pe-er setiap pagi, yang selalu berhasil membuat tertawa dengan leluconnya. Tidak ada yang tahu pasti, kenapa kita harus jatuh cinta. Apakah senyumnya, apakah proporsi tinggi-berat badan dan setiap sudut di wajahnya? Apakah justru karena ketidaksempurnaan manusiawi yang ada padanya, seperti bekas luka di pelipisnya, atau suara siulannya yang ganjil. Apakah karena kebaikan-kebaikannya, atau kenakalan kecilny

Happy Valentine

Pindahan itu memang menguras energi fisik dan terutama mental (dan tentunya juga menguras tabungan ya). Sudah hampir setengah tahun kami bertempat tinggal di sini, namun rasanya saya masih sering merasa asing, lalu murung. Di kota baru yang mana saya nggak punya banyak teman, masih jetlag dengan kerjaan baru di kantor, belum punya banyak aktivitas untuk menyibukkan diri.  Saya sering pengen menampar diri sendiri karena di sini saya punya suami yang menyayangi saya, dua anak yang lucu, saya punya rumah untuk bernaung, hidup saya berkecukupan, namun saya merasa murung begini. Dan biasanya penyadaran itu bukan membuat saya bersyukur, tapi tambah murung karena merasa egois dan nggak berguna. Biasanya saat merasa murung begitu saya jadi nggak semangat ngapa-ngapain, maunya berdiam di kamar. Nonton serial tv, baca buku atau main ponsel. Kemarin saat saya sedang malas-malasan begitu, Mr Defender datang dan bilang, "Ada dompetku di tasmu, Yang?" Saya menjawab tanpa m

Antologi Rasa

Ternyata butuh waktu hampir tiga tahun bagi saya untuk menyelesaikan membaca buku ini. Sebenarnya saya juga lupa alasan saya membeli buku ini, mengingat kekecewaan saya pada dua buku sebelumnya, A Very Yuppy Wedding dan Divortiare. Buku ini sebenarnya juga nggak jauh berbeda dengan kedua buku sebelumnya dalam hal penulis yang membuat pembaca lelah karena menjejalkan sejuta informasi nggak penting yang juga nggak membantu berkembangnya plot cerita. Semacam si penulis susah menarik egonya untuk menumpahruahkan semua pengetahuan yang dia punya ke dalam buku, sehingga membuat pembacanya lelah (dan banyak skip halaman seperti saya). Namun, dibandingkan kedua buku lainnya, Antologi Rasa punya plot yang lebih manusiawi dan realistis (walaupun tetap bertele-tele dan membuat kita sulit untuk relate apalagi bersimpati kepada tokoh cerita). 

Don't carry the world upon your shoulder.

Dulu seorang sahabat saya pernah bilang, hidup itu seperti sperma. Di mana berakhirnya kita yang menentukan. Mau berakhir di selokan atau di rahim orang tersayang. Walaupun seringkali kita merasa tidak berdaya atau tidak punya pilihan, namun kenyataannya adalah kita punya kendali atas hidup kita mau dibawa ke mana. Kenyataannya adalah, kita sudah memilih dan cuma sedang dalam fase merasa berat menjalani konsekuensi dari pilihan yang kita ambil, lalu, sebagaimana lazimnya manusia kebanyakan, kita mencari kambing hitam dan merasa diri korban. Apa pun keadaannya, kita selalu memegang kendali penuh atas diri kita, atas keputusan-keputusan yang kita ambil, di mana dan dengan siapa kita ingin berada. You just need to take that control back. You don't owe the world to carry it upon your shoulders.

Sweet Misery

P.S. : bacanya jangan serius-serius apalagi pakai tersinggung yaa, hehehe.... Jadi kemarin saya ngobrol panjang dan lama dengan Mr Defender dengan topik yang lumayan bermutu: lagu-lagu Indonesia. Tentu saja obrolan kami berdua seperti biasa cepat sekali bergeser menjadi tidak serius, hahaha. Kami jadi ngerumpiin penyanyi-pencipta lagu. Ada yang lagunya bagus saat kehidupan pribadi juga prima, ada pula yang sebaliknya. Lagu-lagu terbaiknya hadir di saat kehidupan luluh lantak. Dan yang kami maksud dengan kehidupan tentu saja artinya PERCINTAAN, bukan politik. Oh, tentu saja kami lagi nggak ngomongin Iwan Fals dan Ebiet G. Ade ya. Ada beberapa nama, tapi kami memutuskan memilih dua. Jadi, pencipta lagu yang lagu-lagunya lebih bagus menulis lagu patah hati adalah... (setelah mengecualikan Rinto Harahap ya tentunya): Glenn Fredly Coba, mana lagu Glenn yang booming di saat dia sedang kasmaran? Sejauh yang kami bisa ingat, cuma Kisah Romantis deh. Tetapi coba ingat saa

miss the old days of blogging

Rindu tahun 2008-2010. Di mana blog menceritakan kehidupan keseharian dan kita bisa berteman dengan si blogger via  kolom komentar dan akhirnya berteman di kehidupan nyata. Di mana laman blog belum dipenuhi iklan dan kepalsuan, dan di mana blog tidaklah melulu fashion blog dengan segala swipe klik dan buy buy buy. Bukan hanya sekedar pamer dan mempromosikan sederet merek di tubuh sang blogger. Rindu saat di mana blogger masih terasa sebagai sahabat, bukan artis yang memanfaatkan pembacanya untuk endorse semata.

Random

Sebenarnya banyak yang mau ditulis, tentang lucunya Galuna yang sudah bisa nyanyi dan joget ngikutin hi-5 di tivi dengan memakai kacamata hitam pilihan sendiri, tentang Sheva yang kata tetangga gantengnya kayak baby Adam anaknya Shireen Sungkar, tentang Maya karya Ayu Utami yang sudah ketiga kalinya saya baca dan masih menyisakan nyes di hati, tentang Hits Kitsch yang jadi salah satu album terbaik 2014 versi Rolling Stone, tentang Tarakan yang begini dan begitu. Sangat banyak yang mau diceritakan sampai bingung sendiri. Dan bertanya-tanya, bagaimana orang-orang lain itu bisa begitu rapi mendokumentasikan hidup di blog dan Instagram, sedangkan saya untuk memotret anak yang sedang lucu-lucunya saja sering tidak sempat saking sibuknya tertawa dan menggodanya. Tapi apa iya segalanya harus selalu didokumentasikan?

Mencintaimu Apa Adanya (?)

Dulu, saya pernah menulis di sini tentang komitmen itu nonsense , hahahaha. Sekarang, karena beberapa obrolan dengan teman dekat dan beberapa tulisan yang menarik di dunia maya dan media sosial, saya jadi tergelitik untuk menulis tentang menerima pasangan kita secara apa adanya, benarkah ada? Seorang teman pernah bilang, bahwa nggak ada yang namanya cinta yang menerima apa adanya. Ada sih, tapi itu Bruno Mars doang kali ya, hahaha... Bapak saya juga pernah bilang sambil bercanda bahwa kalau saat pacaran, kalau pacarnya jatuh bakal dibilang "hati-hati ya sayang..." tapi kalau sudah lama menikah bakal "kalau jalan lihat-lihat dong..." hahaha intinya, segala kekurangan yang nggak tampak di saat kita masih dimabuk kemesraan, nantinya akan terlihat saat kita sudah hidup bersama dan menjejak tanah alias menghadapi kenyataan.  Kata seorang teman yang lain, hal itu sah-sah saja, misalkan kita berubah demi pasangan atau ingin pasangan kita berubah sesuai ekspe