Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2011

Argopuro

Aku ingin mengajakmu ke Argopuro. Kalau kau terlalu lelah untuk mendaki, biarlah kita berjalan kaki empat hari. Merasakan mistis Danau Taman Hidup yang selalu menawan hati setiap pendaki. Kuselimuti engkau dan kuberikan segelas susu agar tidurmu lelap seperti Soe Hok Gie. Berdua akan kita lewati kabut dan hutan cemara, menyapa merak-merak cantik di padang edelweis. Kau tahu, Dewi Rengganis sangat cantik, tapi jangan jatuh cinta padanya. Cukuplah engkau jatuh cinta pada rusa-rusa yang berlarian di lembah yang masih perawan. Tersenyumlah, sambutlah aku, inilah duniaku, semoga kau jatuh cinta padanya sebagaimana aku.

Bumi dan Hujan

gambar dari folder seorang teman Kata mereka, laki-laki itu seperti hujan. Hujan membasahi bumi dan dari dalamnya muncul kehidupan. Maka jadilah perempuan seperti bumi yang menanti dan menerima dengan lapang, kapan pun hujan datang. Dan bumi tidak mengeluh meski kemarau teramat panjang.

Merajut Masa Depan

gambar bunga angelica (dalam bahasa bunga berarti kamu inspirasiku) dari sini lebih baik, lagi dan lagi, dari hari ke hari. tertera pesanmu, dalam tatap hangat setiap malam. cinta dalam harap. semoga ada aku dalam citamu.

Kapan Menikah?

Saya sama sekali tidak terganggu dengan pertanyaan itu kok. Apalagi kalau yang bertanya adalah kenalan, teman, atau saudara yang sudah lama tidak bertemu, dan tidak tahu kabar terakhir dari saya. Siapa tahu maksud mereka adalah 'Sedang merencanakan pernikahan ya? Kalau ya, ditunggu undangannya.' Juga sahabat atau keluarga, yang saya percaya bahwa mereka bertanya karena sungguh peduli pada kelangsungan hidup dan kebahagiaan saya. Yang untungnya orang-orang terdekat saya justru adalah orang yang paling jarang bertanya, karena mereka tahu benar mengapa saya belum menikah sampai hari ini. Kalau yang bertanya hanya bermaksud basa-basi, paling saya juga akan menjawab sambil bercanda 'nanti nunggu gajian' ala Okke Sepatumerah atau 'nanti nunggu harga cabe turun, katering mahal' ala @roidtaufan. Ngapain capek-capek menjelaskan alasan kita, atau apalagi marah, kalau yang nanya juga cuma basa-basi kan? Begitu pula kalau saya mengucapkan selamat kepada teman yang

Seribu Anak Panah (3)

gambar dari sini Mereka ada di mana-mana. Bahkan dalam wangi cologne entah milik siapa dalam sekilas lewatnya yang melemparkanku ke masa lalu. Mereka ada di jalanan, di pasar dan di lorong-lorong mal Memenuhi udaraku dengan sesak yang anehnya, terasa nyaman.

12 ruas

Setiap kali aku melihat punggung lelaki bahkan punggung pacarku sendiri aku selalu teringat punggungmu yang kokoh yang selalu menampung semua tangisku karena aku tak bisa menangis di dadamu. Setiap kali aku teringat di baliknya aku bersembunyi dari preman, dari suitan nakal dari panas dan curah hujan. Setiap kali pula aku tak bisa berhenti membayangkan di mana engkau berada dan siapa wanita yang kini memiliki punggung itu untuknya sendiri. Aku tak bisa berhenti bertanya apakah dia juga suka menggigitnya? Dan aku selalu bertanya apakah dia juga akan menangis memandangi punggung itu menjauh ataukah dia akan berlari dan memeluk punggung itu memintanya tinggal.

yang kudoakan dengan ikhlas

gambar dari sini Dulu, di blog lama, rasanya saya pernah menulis panjang lebar secara komprehensif tentang mantan-mantan saya di masa lalu (ebuset deh mantan-mantan, berasa Liz Taylor). Entah mengapa akhir-akhir ini saya sering terserang "memory attack" -itu istilah jadi-jadian saya untuk menyebutkan kenangan masa lalu yang tiba-tiba muncul karena secara kebetulan saya mengalami sesuatu hal yang berhubungan dengan masa lalu itu. Sesuatu itu bisa jadi sebuah film, sepotong lirik lagu, atau hanya bau parfum seseorang yang kebetulan lewat. Lalu, saya jadi membayangkan, gimana ya kalau bertahun-tahun lagi saya nggak ingat apa pun tentang mantan yang ini (bahkan mungkin untuk mengenang wajahnya saja saya butuh waktu beberapa menit, seperti Watanabe Toru dalam Norwegian Wood). Akhirnya, saya memutuskan bahwa ada banyak hal yang saya ingin ingat dari hubungan saya dengan mantan-mantan saya. Biarlah kenangan manis menjadi film yang saya suka untuk diputar ulang dan kenang

Pojok Beteng

Kota itu menyimpan segala yang mula-mula. Surat-suratmu yang pertama, ciuman, juga kata cinta yang malu-malu terucapkan. Di sudut kota itu aku kuburkan sebuah buku. Ensiklopedia tentangmu. Bagaimana engkau memanggilku, juga caramu menghiburku. Hari ini, aku datang, mencari bagai menggali kapsul waktu. Mimpi manis masa muda.

Hujan Bulan April

Saya tidak menyangka hari ini akan berakhir sebagai salah satu hari paling indah sepanjang bulan April tahun ini. Saya lelah. Kaudengar itu? Seharian aku mengukur tangga, atas bawah, atas bawah, dan sekarang seharusnya saya sedang berbaring di atas tempat tidur yang spreinya baru diganti, biru lembut dengan wangi lavender. Mungkin ditemani Olivia Ong atau Adelle, juga setumpuk novel lama yang mengajak bernostalgia. Seharusnya ada limau plum buatan sendiri di meja itu, mungkin dengan satu dua lumpia. Tapi saya malah ada di sini, padahal udara dingin dan hujan akan segera turun. "Pak, kita ini mengejar pesawat!" protes laki-laki di sebelahku. Sejak tadi dia hanya melakukan dua aktivitas: memandangi jam tangan dan mendesah. Akhirnya, dia tak tahan juga dan menambahkan berteriak sebagai aktivitasnya. Pengemudi itu tersenyum, seperti meminta maaf, lalu menyalakan mesin dan kami pun berdelapan meluncur, merayapi jalan yang mulai licin. Oh, hujan rupanya sudah turu

Seribu Anak Panah (2)

Stasiun Tugu, 2009 Pada barisan toples-toples kuno, yang menangkap mataku di peron Stasiun Tugu. Pada hilir mudik manusia di lorong Jalan Malioboro, dan wangi kuah santan mengental, dalam seporsi gudeg kranggan. Beri tahu aku di mana lagi kausembunyikan seribu anak panah itu.

Seribu Anak Panah (1)

Sembalun Lawang, Rinjani, 2005 Ada rasa sakit yang kautinggalkan, pada aroma tanah basah di kaki gunung itu. Ada jejak luka yang kautitipkan, pada desau angin di sela-sela dedaunan pinus. Ada busur-busur tegang dengan anak panah kenangan yang siap kaulesatkan, menantiku di setiap tikungan jalan. Lereng gunung yang dulu kukenal, tak pernah begini terjal.