Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011

malam dan segelas bir

Di suatu malam, kamu mengajak saya keluar, minum segelas dua gelas bir atau anggur kolesom cap orang tua. Bicara tentang apa saja, atau bukan tentang apa-apa. Saya tahu itu adalah bahasa kode untuk "aku sedang tidak baik-baik saja, tapi tolong jangan tanya kenapa", maka saya mengambil helm dan duduk di boncengan motormu. Dan mesin pun menderu. Dalam perjalanan melintas pelabuhan, saya iseng berkomentar tentang seorang lelaki kurus setengah baya yang menyandang tas punggung, menunggu angkutan, ataukah jemputan. "Dia baru datang dari pekerjaannya di rig, dan membawa satu tas penuh uang untuk dihabiskan selama dua minggu sebelum harus pergi lagi selama enam minggu." Kamu tertawa. "Mungkin dia cuma baru pulang berjualan tiket speed di pelabuhan." "Kamu kurang imajinasi," kata saya sambil melingkarkan tangan di pinggangmu. "Sedikit khayalan tidak akan membunuh." "Kalau aku punya setengah saja imajinasimu, aku bisa gi

yang lebih hangat dari minyak telon

Jadi, menurut ayah saya yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, hari baik untuk pernikahan saya jatuh pada hari... SELASA. Jengjeng. Sedih dong kami, sebab sudah pasti hampir tak ada teman-teman dekat kami (yang lokasinya sudah di luar kota semua) yang bisa hadir dalam pernikahan kami. Selasa gitu, hari kerja, dan di tengah-tengah pula. kalau misalnya Jumat atau Senin kan masih bisa capcus sehari. Karena saya dan Mr Defender sudah sepakat bahwa acara pernikahan ini tidak akan menjadi drama (baca: akan sepenuhnya jadi harinya orangtua saya, dan kami akan sebisa mungkin menurut baik soal lokasi, waktu, acara adat, termasuk hal-hal remeh seperti suvenir atau band pengisi acara yang nampaknya sudah pasti gamelan jawa) maka kami tidak memprotes. Apa kata mereka saja deh, lagian kami juga nggak akan bisa mengurus acara itu kan, jadi pasrah total. Lalu kami memberitahukan beberapa teman dekat kami tentang rencana ini, dan jawaban mereka sungguh mengejutkan. "Aku pasti

ada tangan Tuhan dalam tanganmu yang menyapaku pagi ini

Ada yang mendesak keluar dari dada dan turun ke mata, di pagi itu, saat dalam senyummu engkau sentuh tanganku, dan kaukatakan dalam sorotnya yang kautahu aku akan mengerti. Aku, dan hanya aku, karena itu sudah cukup. Aku cinta, katanya. Itu, dan hanya itu, karena sudah lebih dari cukup. Akan kugali lubang lebih dalam lagi untukmu menumpahkan rindu dan dendam. Aku berjanji.

satu kali sebelum semboyan 35

pernah kutanyakan, bagaimana rasanya menjadi saksi jutaan perpisahan. dan engkau menjawab: seluruh dindingku adalah deras air mata, pilar-pilar penyanggaku adalah janji yang menguatkan, dan bangku-bangku berderet itu, keping-keping harapan dan penantian.

musim basah

Desember datang mengantarkan sahabat terbaiknya, Hujan, kepada Bumi yang melayu. Mengembalikan segurat hijau cerah di senyum Bumi, meriuhkan harinya oleh tawa anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan becek, di hari ketika Bumi menari bersama Hujan. Selamat musim hujan bagi yang merayakan. Menyemangati diri untuk menikmati saja, lengkap dengan banjir dan cucian yang tak kering-kering :)

dan aku akan tetap menjadi diriku, hanya (semoga) lebih baik

Saya pernah bertanya kepada beberapa teman terdekat saya: seandainya suatu hari lo ketemu sama diri lo sendiri sebagai orang lain, lo bakal suka nggak sama diri lo itu? Sebenarnya itu adalah kegelisahan saya sendiri yang (mungkin) pada saat itu merasa bahwa saya (mungkin) tidak akan menyukai diri saya sendiri seandainya saya ini orang lain. Banyak sifat saya sendiri yang tidak saya sukai, misalnya: saya orang yang nggak bisa menyembunyikan perasaan nggak suka, saya egois, saya sering menilai diri sendiri terlalu tinggi dan sering meremehkan orang (karena kebiasaan menjadi yang nomor satu), saya  bersikap buruk justru pada orang-orang yang paling mencintai saya, saya sering berlebihan menanggapi suatu masalah dan merasa paling malang di dunia, saya hedonis dan belum banyak yang saya lakukan untuk orang lain, dan sebagainya. Dan yang paling saya benci... saya (kadang) munafik. Dalam banyak hal. Misalnya, saya melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin saya lakukan karena saya

kegalauan sebelum menikah

Menikah itu keputusan yang berat bagi sebagian orang.  Walaupun Icha pernah tulis bahwa ternyata m arriage is not that scary (lucky you, Cha, I envy), nikah itu ya gitu doang, tapi sepertinya buat saya  oh yes, marriage is that scary . Pernikahan adalah hal yang sejak dulu membuat saya galau segalau-galaunya, dan kalau bisa pengen ditunda-tunda aja terus. Hahaha. Dalam pernikahan kan kita harus menyesuaikan diri dengan orang lain, walaupun orang lain itu pasangan sendiri. Dan kalaupun bagi sebagian orang, termasuk saya misalnya, beruntung bahwa dia dan pasangan tidak terlalu banyak membutuhkan penyesuaian karena sudah kenal luar dalam, tetap saja banyak hal-hal yang harus disesuaikan: teman-teman, pekerjaan, dan terutama keluarga. Kita tidak bisa memilih keluarga. Pasti ada saja kelakuan ayah, ibu, adik kakak kita yang menjengkelkan. Tapi mereka adalah keluarga yang Tuhan berikan untuk kita. Juga dengan keluarga pasangan. Kita tidak bisa memilih pengen mertua seperti apa, bagaima

snow on the sahara

Hidup kini berkali lipat lebih melelahkan untukku. Aku yang kecil, yang lari dari duniaku yang pernah sederhana, yang tersesat di teritorimu dan tak mampu berlari lebih jauh lagi. Sungguh, aku ingin sekali pergi. Bersamamu. Membuang semua yang mengikat di dunia ini, dan menemukan kebahagiaan untuk kita sendiri. Hanya saja, aku tak tahu apakah masih ada kebahagiaanmu, jika kita tak lagi di sini. Tapi satu yang pasti, aku saat ini tidak bahagia. Dan aku tidak siap dengan segala hal yang harus kurelakan untuk bersamamu, hanya untuk menjadi tidak bahagia. Ah, sekarang aku bahkan tidak mengerti, apa itu bahagia. Tanpamu aku merana. Tapi bersamamu, di titik ini, aku sangat menderita. Kita sama-sama tidak bahagia, berpisah ataupun bersama. Dan aku tidak tahu apakah masih ada jalan menuju negeri bahagia, untuk kita.

Girl Crush: diana rikasari

Why I love Diana Rikasari (and not juts because she's a famous fashion blogger): She's so smart. And she didn't neglect her formal education. She pursues her dreams and follows her own path. She fights for her love. Even if it's hard. And she's so creative!

tentang kita, yang kini tak lagi peka

headline Kompas awal November tahun lalu Katanya, di dunia jurnalistik, bad news is good news . Suatu kejadian yang buruk adalah sesuatu yang bagus dari segi pemberitaan, karena sesuatu yang buruk itu langka, dan tidak diharapkan. Makanya berita seperti kecelakaan, bencana alam, perang, krisis, kerusuhan, perceraian para artis menjadi sasaran para pemburu berita. Mungkin, seiring dengan semakin mudahnya kita memperoleh informasi sekarang ini, informasi menjadi sesuatu yang hanya lewat sambil lalu saja di telinga kita. Tidak sempat masuk ke otak, apalagi hati. Sadar nggak sih, kalau sekarang ini kita bisa dengan mudahnya membuat candaan tentang berita buruk? Atau melontarkan komentar yang tidak berempati seperti: "Aceh kena tsunami tuh azab buat GAM." Saya dengar langsung dari seorang kerabat. "Wah, Ritz pasti dibom sama pendukung Liverpool yang nggak pengen MU datang deh." Komentar jahat dari seorang teman, menanggapi komentar saya (yang mung

and maybe this is what they called unconditional love

untuk dia. aku ingin mengatakan ini: kita akan bisa melewati ini semua. P.S. dan untuk kalian semua yang menyemangati dari pinggir arena, terima kasih untuk dukungan dan doanya. you know who you are.

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Obsesi

gambar dari sini Tentang Mr Summer Saya dan Mr Summer pernah saling tergila-gila. Mungkin kadarnya berbeda terhadap masing-masing. Mungkin juga Mr Summer bukan tergila-gila, tapi hanya sedang penasaran. Seperti anak kecil yang menginginkan mainan baru yang dipajang di etalase toko, lalu setelah mendapatkannya ia akan tidur dan makan dan mandi bersamanya berhari-hari tanpa mau sedetik pun lepas, untuk kemudian melupakannya seminggu kemudian. Mungkin. Tapi saya lebih senang membayangkan (dan meyakini) bahwa waktu itu perasaan kami sesederhana ini: saling cinta. Walaupun cinta tak pernah sederhana. Tentang Musim Panas Abadi Barangkali semua benda yang nampak maupun tak nampak punya masa kadaluarsa. Juga dengan cinta. Juga dengan ketertarikan. Ada yang terus dimiliki biarpun sudah kadaluarsa, ada yang terlepas dari tangan sekalipun masanya masih lama. Maka tibalah kami di hari itu. Hari di mana saya akhirnya dipaksa melihat, dan mengakui, bahwa perasaan Mr Summer untuk say

Perempuan Berkalung Sorban

Idul Adha kemarin saya habiskan di rumah orangtua teman saya (yang sudah saya anggap om dan tante sendiri) di Balikpapan, karena Mr Defender pulang ke Pulau Jawa untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga besarnya. Sesiangan itu saya nonton film Perempuan Berkalung Sorban yang diputar di SCTV. Dan... saya sangat menyesal kenapa dulu nggak nonton film ini ketika diputar di bioskop, atau minimal menontonnya setelah DVD-nya keluar. Telat banget, ahahahaha. Sebenarnya ada beberapa alasan kenapa waktu itu saya nggak tertarik nonton film ini. Pertama, judulnya norak. Dan dari judul itu saya menyimpulkan film ini paling-paling kayak Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih, yaitu film-film cinta yang (menurut saya loh) nggak beda sama film-film chicklit macam Eifell I'm in Love atau Dealova, bedanya cuma Parisnya diganti Mesir dan Shandy Aulia diganti Oky yang berkerudung. Film yang sama sekali nggak meninggalkan bekas apa-apa di hati setelah menontonnya. Jadi, saya bikin sump

rileks

gambar dari sini Ketika Anda memandang, ia tak dapat dilihat. Ketika Anda mendengarkan, ia tak dapat didengar. Ketika Anda menjangkaunya, ia tak dapat digapai. Ketika yang terjadi dalam pembelajaran itu tidak jelas, janganlah terlalu keras bekerja untuk memahami segalanya. Melainkan, rilekslah dan biarlah mata pikiran Anda melihat apa yang sedang terjadi. Biarlah persepsi Anda dan intuisi Anda menjadi pemandu Anda. Anda tidak mungkin mengenali segalanya, tetapi Anda bisa terbuka terhadap yang tak dikenal dan rileks menghadapi misteri. Ketika Anda sadar akan sumber segalanya, Anda kenali jantung nikmat. (Tao Te Ching oleh Lao Tzu)

Manjali dan Cakrabirawa

Akhirnya saya menulis juga tentang buku ini, setelah membacanya lima kali, hahaha. Saya suka semua buku Ayu Utami, dan yang satu ini bukan perkecualian. Buku ini merupakan buku kedua dari seri Bilangan Fu, begitu kata tulisan di sampul belakangnya. Bilangan Fu sendiri merupakan buku yang juga sangat saya sukai (bahkan sebenarnya saya tidak bisa memilih mana buku favorit saya dari semua buku Ayu, semuanya sangat indah dan saya jatuh cinta!), merupakan roman yang sangat ideologis dan spiritual bagi saya, yang mungkin akan saya benci seandainya saya membacanya empat atau lima tahun lalu saat saya belum se-open minded sekarang. Manjali dan Cakrabirawa, adalah novel yang mengambil setting waktu pada saat Marja berlibur bersama Parang Jati (dalam Bilangan Fu diceritakan bahwa Yuda menitipkan Marja untuk berlibur), jadi novel ini semacam fragmen yang belum diceritakan di tengah novel Bilangan Fu. Kalau Bilangan Fu lebih banyak bercerita dari sisi Yuda, maka novel ini bercerita da

menjadi dewasa itu (bukan cuma karena) pilihan

gambar dari sini Aku rindu masa belia, di mana hidup masih sederhana, di mana hari yang baru hanyalah tentang mandi matahari dan memikirkan jajanan apa yang bisa dibeli dengan uang dua ratus perak di kantong. Aku rindu masa di mana cinta belum dibuat rumit oleh keinginan memiliki dan segala pertimbangan logis omong kosong lainnya. Aku rindu pikiran muda yang belum menghitam warnanya, di mana kejahatan terbesar yang bisa dipikirkannya hanyalah bagaimana menyembunyikan nilai ulangan merah dari orang tua. Aku rindu hati yang memaafkan lebih cepat dari hilangnya lebam di muka. Rindu masa di mana suka dan tidak suka adalah hanya tentang suka dan tidak suka.

tentang keluarga, cinta orang tua dan rock n roll

Saya belum menjadi orang tua, jadi saya memang tidak tahu apa rasanya perjuangan sembilan bulan mengandung dan bertaruh nyawa melahirkan seorang anak ke dunia. Saya juga belum tahu rasanya membanting tulang mencari nafkah menghidupi buah hati. Saya juga tidak bermaksud mengecilkan jasa para orang tua, namun tulisan ini merupakan isi hati saya, sebagai anak dan manusia. Kepada para orang tua yang terhormat, Sadarkah kalian bahwa terkadang kalian memberi beban yang berat kepada anak, baik yang masih anak-anak maupun yang sudah dewasa? Semacam keinginan atau keharusan agar anak itu menjadi rangking satu atau masuk sepuluh besar, agar si anak menjadi orang berprestasi, kuliah di universitas negeri dengan mengambil jurusan  mayor (baca: standar), kerja di tempat yang gajinya besar, menikah, dan sebagainya-dan sebagainya. Oke, mungkin saat ini ada orang tua yang mengatakan bahwa apa yang mereka inginkan itu adalah untuk kebaikan si anak sendiri. Oh ya? Benarkah? Yakinkah semua u

thank you for loving me

Pulau Beras Basah, April 2011 Berharap aku bisa memainkan lagu ini untukmu dengan biola beberapa minggu lagi :) Terima kasih, untuk selalu mengangkat telepon dariku jam berapa pun itu. Terima kasih untuk kesediaanmu mengantarku ke mana pun dan kapan pun saat aku membutuhkanmu. Terima kasih untuk kerelaan menahan hasrat membeli sepatu futsal demi tiket PP Balikpapan-Jakarta setiap dua bulan, selama dua tahun penuh. Terima kasih untuk seluruh minggu pagi yang kauhabiskan menemaniku mengangkut belanjaan dari pasar. Terima kasih untuk tidak mengambil hati semua yang kukatakan saat aku sedang PMS. Terima kasih untuk tidak pernah pergi saat aku marah. Terima kasih untuk selalu percaya bahwa dalam segala perdebatan dan pertengkaran, aku selalu cinta. Terima kasih untuk seluruh perjalanan dan tamasya yang kita lakukan bersama. Terima kasih untuk semua sesi-sesi foto gila di pinggir jalan raya. Terima kasih untuk kesediaanmu menghamburkan pertamax ymenemaniku keliling jalanan Sa

tahun kesekian

Kata orang, selembar foto bisa bicara lebih banyak daripada seribu kata. Hari ini aku memandangi ratusan fotomu dan aku di layar komputerku, mengingat masa-masa ketika foto-foto itu terjepret. Ratusan kali akhir pekan, puluhan liburan long weekend dan cuti bersama yang kita habiskan bersama. Kota-kota dan pulau-pulau yang kita datangi, lorong-lorong jalan yang pernah menyaksikan kita berjalan di atasnya, bergandeng tangan. Hari ini, beberapa tahun yang lalu (biarlah nominalnya rahasia agar orang-orang penasaran) kita memutuskan menjadi teman seperjalanan. Dan sejak hari itu, sudah sering kita menapaki jalanan terjal, turunan dan tanjakan, kelok-kelok kehidupan, tersesat, berdebat tentang arah mana yang harus diambil. Bertahun sudah kita berjalan beriring, saling menguatkan, bertukar beban di pundak, beristirahat ketika memang harus.  Perjalanan kita tanpa peta, tanpa rencana, pun tak pasti apakah esok kita masih berjalan bersama. Namun dengan siapa pun aku menghabiskan sisa perj

titik.period.

Saya tidak setuju bahwa: pacaran adalah senang-senang sama-sama, menikah itu susah dan senang bersama. Atau lebih tepatnya, saya tidak suka orang menggunakan kalimat itu untuk menghakimi kenyataan bahwa saya dan Mr Defender, pasangan saya sekarang ini, belum juga menikah setelah berpacaran sekitar... 3 tahun? 3,5 tahun? Ehm, entahlah, saya lupa sesungguhnya di titik mana (bagi orang-orang) kami bisa disebut mulai pacaran (bahkan saya sendiri sebenarnya malas memakai kata pacar, dia adalah pasangan dan partner hidup saya). Percayalah, saya sudah sangat lelah dengan pertanyaan (dan penilaian macam-macam) tentang belum menikahnya saya. Tapi, sangat menyakitkan dikatai 'tidak mau menjalani kesusahan bersama dalam pernikahan' atau 'mau enak dan senangnya saja pacaran'. Tapi, ya, akan saya katakan (dan memang begitulah kenyataannya) bahwa saya (dan semoga juga pasangan) memang selalu senang selama menjalani hubungan kami yang entah apa pun lah labelnya ini, semua

It's (Not That) Complicated

Mumpung hasrat menulis sedang bagus, saya akan menulis tentang film-film yang kemarin ingin saya tulis (untuk dikenang sendiri) tapi nggak sempat sempat (baca: malas). Sekali lagi saya memberi disclaimer bahwa tulisan saya bukan resensi, tidak memuat alur, nama pemain dan sebagainya, hanya tentang perasaan saya setelah menonton film ini. Tapi, kali ini, biarlah saya menulis sedikit. Film ini berkisah tentah Jane, seorang janda yang telah bertahun-tahun berpisah dengan Jake, mantan suami dan ayah dari ketiga anaknya, karena Jake berselingkuh darinya. Jane merasa setelah bertahun-tahun berlalu, dia dapat mengatasi kesedihan, kehilangan, kemarahan, apa pun emosi yang tersisa dari perceraian itu, tapi kemudian sesuatu terjadi dan tadaaa, Jane tiba-tiba sudah berkencan dengan Jake (yang sudah menikah lagi), padahal saat itu, arsiteknya, Adam, diam-diam menyukainya dengan tulus. Saya suka film ini karena penuh kejutan, endingnya (menurut saya) tidak klise, dan karakter para toko

jangan mau jadi palsu

Kamu positif palsu kalau kamu: membeli tas haute couture KW super lalu bertingkah seolah itu tas orisinal (plus mencela orang lain yang membeli dress korea KW 3 di ITC) berkampanye tentang membeli cd asli dari musisi (plus nyela mereka yang mengunduh dari internet) tapi memakai windows bajakan ikut sibuk acara selamatkan bumi dan paling getol update twitter tentang earth hour tapi hobinya jajan minuman botol plastik, meninggalkan kamar dengan lampu menyala, dan naik mobil isi satu orang kemana-mana mencoba impersonate (apa ya bahasa Indonesianya yang pas) seseorang yang kamu kagumi sampai kamu lupa siapa diri kamu punya agenda gaul rutin dengan satu geng yang membuatmu merasa lebih keren, padahal sebenarnya kamu benci setengah mati dengan acara bergosip mereka memaksakan diri nonton film yang bikin pusing cuma biar dibilang cool suka setengah mati sama Westlife tapi nggak mengakuinya karena takut dibilang cupu sama teman-teman sewaktu memilih buku di toko, selalu berpikir ap

kita semua begitu

Lagu yang sesuai dengan isi tulisan nggak penting saya (boleh dibaca sambil diputar lagunya biar lebih 'dapat' suasana hati saya pas menulis ini) Saya punya seorang sahabat, Miss Turquoise, yang pernah mengalami patah hati berat dan membutuhkan waktu yang (menurut banyak orang) sangat lama untuk sembuh dari patah hatinya itu. Banyak orang, bahkan di lingkungan pertemanan kami berdua yang heran kenapa butuh waktu yang lama sekali untuknya sembuh dan melupakan mantan pacarnya itu. Kemarin, seseorang bertanya kepada saya, bagaimana saya dan Mr Backpack bisa berpisah 'baik-baik' dan tetap berhubungan baik pasca perpisahan kami. Dia bilang, sebenarnya dia nggak percaya ada yang namanya putus baik-baik (kalau baik-baik ya nggak putus dong, begitu logikanya). Maka, maksud sebenarnya pertanyaannya adalah, apakah saya dan Mr Backpack benar-benar putus baik-baik dan apakah saya dan Mr Backpack saat ini sebenarnya cuma pura-pura tetap berteman baik padahal dalam hati

kebebasan (menikmati) musik

gambar dari sini  Saya seorang yang visual, menyukai segala sesuatu yang visual (foto, gambar, lukisan, bahkan saya lebih suka membaca komik atau buku dongeng anak yang banyak gambarnya daripada novel tebal), namun selain itu, saya juga (bahkan cenderung lebih) adalah seseorang yang sangat audio, atau katakan sajalah sangat musikal. Saya salah satu yang tergambar dalam survey tentang musik yang diadakan majalah Rolling Stones tahun lalu, bahwa jika saya diharuskan untuk membuang semua jenis hiburan yang bisa saya dapat kecuali satu, maka musiklah yang akan saya pilih untuk tidak dibuang.  Sejak TK saya mendengar berbagai jenis musik dari bapak saya yang seniman (amatir) kerawitan namun juga menyukai lagu-lagu Iwan Fals, Rahmat Kartolo,  Ebiet, God Bless, Koes Plus, Michael Jackson, dan tentu saja Beatles :D dan ibu saya yang penggemar Iga Mawarni, Anggun, Dian Piscesa, Betharia Sonata, dan (pada dasarnya) semua penyanyi cewek era mudanya. Saya mendengarkan semua kaset  yang ad

Yakin dengan komentar anda?

  Kemarin saya nggak enak badan, jadi saya tidak masuk kantor. Siang hari saat saya tidur-tiduran di bawah selimut (yang mana hari berhujan jadi terasa sangat nikmat) saya iseng-iseng berkirim pesan dengan Miss Sunshine, sahabat perempuan saya yang berdomisili di ibukota. Blablabla dan blablabla, lalu dia mengirim : baca versi online koran X deh, sedih baca komentar-komentarnya. Saya, karena penasaran, tapi sedang nggak bisa online karena laptop ditinggal di kantor, akhirnya ngesot ke kamar sebelah meminjam laptop dan modem demi membuka laman yang dimaksud. Dan di situlah saya baca sebuah berita tentang kegagalan tim eskpedisi Gunung Elbrus mapala kami mencapai puncak karena badai salju. Beritanya sih fakta ya, tapi lalu di bawahnya banyak sekali komentar pedas, mulai dari yang membodoh-bodohkan manajemen dan atlet, menyayangkan, mempertanyakan sumber dana, sampai menjelek-jelekkan mapala kami, melenceng dari isi berita. Miss Sunshine mencantumkan komentarnya juga, menyata

kemarin saat ini esok selamanya*

Life'll only be crazy as it's always been Wake up early, stay up late, having debts Things won't be as easy as it often seems And yet you want me This cliché's killing me Still I need more I need more This I ’ve never thought before Chi trova un amico, trova un tesoro* We can look for many other foreign lines to make me survive your love You said "To the future we surrender. Let's just celebrate today, tomorrow's too far away. What keeps you waiting to love? Isn't this what you've been dreaming of?" Life's to live and love's to love Sundays will be empty as it's always been Watching TV , wake up late, playing dead Mondays won't be easy with no plans and schemes Now that you’re still here The silence shouts it clear You’re still here The silence shouts it clear To the future we surrender Life's to live and love's to love To the future we surrender Life's to live and love's to lov

sepotong senja untuk pacarku*

senja di pelabuhan tanjung laut, april 2011 Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan. (Seno Gumira Ajidarma) Saya adalah orang yang melankolis. Mungkin seluruh dunia sudah tahu. Walaupun dalam menyikapi berbagai hal saya selalu pragmatis, namun sebenarnya saya melihat seluruh kehidupan dari sisi emosional, bahkan spiritual. Mungkin saya punya bakat depresif. Mungkin saya ingin jadi penulis atau penyair, namun tidak punya bakat :D Ada sesuatu antara saya dan senja, walaupun saya tak bisa mengungkapk