Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Menahan Diri

Puasa, artinya menahan diri dari hawa nafsu. Bukan cuma menahan diri dari lapar dan haus dan marah-marah dan bercinta siang bolong. Tapi seharusnya juga, puasa membuka akun gosip. Puasa menggunjingkan orang lain. Puasa menyakiti perasaan orang di sekeliling kit. Puasa berbohong. Puasa nyinyir. Dan puasa dari merasa diri lebih suci karena kita berpuasa. Memangnya kita tahu siapa yang bakal duluan masuk surga? Plis deh berhenti mempertanyakan kenapa warung sebelah masih buka dan nggak menghormati orang yang berpuasa. Harus banget ya puasa minta dihormati? Puasa artinya menahan diri dari godaan, bukannya menyuruh pergi semua godaan. Kalau semua godaan hilang, di mana menahan diri-nya puasa? Di mana esensi puasanya? Kalau sedikit-sedikit protes tentang kenapa tidak menghormati orang yang sedang berpuasa, mendingan nggak usah puasa deh. Karena artinya nggak kuat puasa kan? Kalau kuat puasa, ya puasa aja, nggak usah minta segala macam pemakluman, pakai pengumuman lagi, pamer ya kala

Ramadan Kareem

Seperti biasa, bulan puasa selalu jadi the busiest times of year. Ya di kantor, ya di kehidupan sehari-hari, semuanya kayaknya jadi lebih sibuk dibanding bulan-bulan lainnya. Di kantor sibuk karena kebetulan puasa itu pas di akhir semester pertama yang mana semua laporan bakal jatuh deadlinenya dan banyak kegiatan yang harus dicairkan dananya. Dan semua mau cair sekarang, nggak bokeh ditunda karena kan mau hari raya. Di kehidupan sehari-hari juga nggak kalah sibuk, karena puasa identik dengan bulan kumpul-kumpul dan silaturahmi, semua maunya buka bersama, ngabuburit,  dan kumpul bareng. Dan si kegiatan sosial juga nggak kalah ramenya. Ada saja kegiatan sosial kayak ke panti asuhan, baksos, kumpulkan sedekah. Bagi saya karena anak sudah sekolah agendanya juga bertambah karena Juni juga bulan di mana tahun ajaran berakhir. Sibuk, sibuk, sibuk. Padahal tahun lalu saya lebih sibuk lagi: buka katering rantangan dan jualan takjil, hahahaha. Saya sebisa mungkin ingin lebih banyak di

liburan, untuk siapa?

Kadang, nafsu diri ini membuat saya menyusun itinerary liburan yang ambisius luar biasa: ke Bali tiga hari, dengan jadwal hari pertama sampai langsung ke Ayung buat rafting lalu lanjut nonton tari kecak. Lalu besok paginya bikin agenda lihat monyet di Sangeh, ke Bird Park, makan siang bebek bengil sekalian ke pasar Sukowati, trus lanjut muterin kafe-kafe di Ubud dan mampir ke Antonio Blanco, malamnya ke Beachwalk. Hari ketiga kejar sunset di Sanur lalu antri Men Weti, cafe hoping sambil nyari kalau ada toko suvenir lucu-lucu sebelum mengejar penerbangan siang. Saya suka lupa kalau ada anak-anak yang pastinya kelelahan dengan itu semua. Atau kadang saya ingat anak-anak, tapi saya suka berpikir kalau anak-anak pasti juga akan suka. Padahal ya, entah dari mana pikiran itu datang. Kadang saya suka malu sendiri kalau sedang mengambil foto anak-anak di tempat wisata lalu mereka tidak kooperatif, dan saya menemukan diri saya berdecak jengkel. Duh, padahal kan ini judulnya liburan anak-anak