Skip to main content

Bye Jakarta


Entah berapa lama lagi bakalan menikmati kota ini, pastinya masa-masa aku tinggal di Jakarta akan berakhir sebentar lagi. Aku harus penempatan kerja selama setahun dulu sebelum bisa lanjut kuliah D4 nanti.

Mitha si Miss Clumsy sudah bakalan berangkat duluan ke Palu. Ah, I'm gonna miss her so much, teman kosan yang tersayang... Sahabat dekat aku... Beberapa malam sebelum berangkat kami sering tidur bareng di kamarnya, sebelum tidur kami ngobrol banyak, tentang macam-macam...trus kadang temen kos yang lain gabung, kadang juga bikin makanan sama-sama trus tengah malam makan martabak mi, hahahaha silly us...

Miss Clumsy sering ceritain kisah cintanya, yang juga bikin aku sdar ga ada yang sempurna di dunia ini. Ahhh, Mitha I love you so much sayang... Semoga kamu sukses ya di tempat baru dan kita ketemu lagi nanti.

Selain pisah sama Mitha, aku juga kadang suka mellow kalau naik busway koridor satu trus lewatin bunderan HI dan sekitarnya, apalagi kalau pas malam trus lampunya nyala... Rasanya ada sepi di hati, rasanya aku kangen banget sama seseorang yang udah ada di Kaltim sana... Rasanya aku suka menyesal kenapa ga berusaha lebih dulu, kenapa waktu bolak balik ke kos teman di Cempaka Putih aku nggak berusaha ketemu sama dia. Kenapa aku nggak memberanikan diri aja sering hubungin dia duluan.

Kenapa aku segitunya play hard to get, padahal aku tahu banget dia juga perhatian sama aku, dia peduli dan sayang aku. Apa aku yang salah kasih sinyal sehingga hubungan kami dari dulu gini-gini aja. Dia selalu baik dan perhatian, setiap dia ada di sini selalu dia sediakan waktu buat aku, nemenin jauh-jauh walau dia capek sepulang kerja.

Sedih kalau ingat tiap weekend dia datang dan kami cuma bisa bareng sebentar. Sedih kalau ingat lagi pas dia datang dari Kaltim trus kami pergi ke Bekasi bareng trus habis itu pisah lagi, malamnya aku merasa hampa banget trus nelangsa banget rasanya, sampai besoknya aku nangis ke Roni bilang kalau aku sedih. Roni cuma diam aja, pasti dia nggak tega mau ketawain aku, hahaha.

Anyway... Bittersweet banget rasanya mau meninggalkan Jakarta yang punya banyak kenangan ini.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku