Skip to main content

Flashback...

Ada banyak yang terjadi. Tahun ini, aku patah hati berkali-kali. 

Aku ingat saat aku merasa sangat rapuh, Mr Cajoon sahabatku juga sedang terguncang, lalu kami berdua tiba-tiba memutuskan pergi ke Puncak padahal besoknya ujian. Kami naik kopaja ke Kampung Rambutan, terus kami ngobrol panjang di kopaja tentang banyak hal, tentang apa saja tapi nggak membahas masalah patah hatinya atau kegalauanku. Lalu kami berdua naik bis ke Puncak, dan di dalam bis juga kami masih bahas banyak hal dari politik sampai agama...

Kami berhenti di Masjid At taawun, air di sana sejuk banget kayak air terjun di gunung, kami ngobrol lagi, aku smsan dengan Mr Backpack, Mr Cajoon cerita tentang gadisnya... Lalu kami berdua hiking sedikit, dan akhirnya melihat paralayang, beberapa jam... Cuaca bagus banget, kami berdua duduk santai di rumput, terus makan di warung yang dekat di situ, makan pop mi, makan gorengan, minum kopi... Entah sudah berapa banyak kami bicara hari itu. AKu bercerita tentang keluarga, dia juga. Kami bicara tentang apa saja.

Lalu kami balik ke At Taawun, aku menunggu dia sembahyang, lalu kami beli strawberry dan moci dan magrib-magrib kami naik bis balik ke Jakarta. Mr Cajoon mengantarku sampai ke kamar asrama dan bilang makasih sudah menemaninya. Makasih juga, balasku.

We were so happy that day. Semuanya emang kerasa absurd banget kalau diingat sekarang, but that what we are, we are two weidro being best friends. Aku akan selalu ada buat dia dan begitu juga sebaliknya. Rasanya hari itu kayak film Before Sunrise, hahaha. 

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...