Skip to main content

21

Apa yang pertama terlintas di pikiran saat saya berulang tahun kemarin?


Umur sudah lewat dari dua puluh, lho, apa kabar target?

Hahaha, bukannya bersyukur ya, malah mikir yang bikin pusing. Apa sih emangnya targetku? Yang paling dekat tentunya pengen cepet dapat gelar sarjana. Tapi itu kan harus selesaikan dulu kerja magang ini sampai akhir tahun lalu lanjut kuliah D4. Trus setelah itu langsung lanjut kerja dan mungkin cari beasiswa S2 ke Inggris.

Dulu waktu masih awal kuliah dan sering merasa kesepian di kos, terus lihat anak-anak alumni STAN yang pada cepet banget nikah, plus waktu itu gaulnya sama mbak-mbak aktivis masjid, pernah lho pengen juga nikah muda, lulus kuliah langsung nikah gitu. Tapi saat ini sih belum kepikiran sama sekali tuh untuk cepet nikah. Malah lebih pengen banyak traveling karena udah punya uang sendiri. 

Anyway, ulang tahun kali ini bareng sama teman di kantor tempat aku penempatan... Selain dari orang sekitar, aku cuma dapat sedikit ucapan selamat dari keluarga dan teman terdekat, but I love it that way karena yang ngucapin selamat orang-orang yang benar-benar berarti. Terus kemarin buka hape dan lihat sebuah sms yang nggak kuhapus dari tahun 2006... Oh so much memories. I miss you man, do you even remember me? Of course you do, you remember my birthday and sent me sweet text. Or I hope you do.

Aku pengen banget jadi orang spesial di hidup kamu... Aku pengen dianggap serius, aku pengen lebih dari saat ini. Tiap saat aku lihat namaku ada di previewed friends di friendster kamu aku selalu merasa senang karena tahu punya tempat spesial di hati kamu. Tapi kadang kita jauh banget... Aku jadi lelah berharap. Lalu kamu hubungi aku dan aku bahagia lagi. Aku sering kangen banget sampai aku nangis karena nggak tau harus apa. Semoga Tuhan kasih jawaban untuk kita ya.

Di tahun ini aku nggak berharap apa-apa, semoga Tuhan sudah punya rencana yang indah buat aku, amiiinn...

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku