Skip to main content

Cemburu

Bukan, bukan kecemburuanku. Aku sih nggak cemburuan orangnya.

Ini tentang seseorang yang dulu pernah spesial di hati Mr Cajoon, sahabatku. Mr Cajoon itu sahabat yang sudah kayak saudara buatku, dia memahami aku banget dan begitu juga sebaliknya. Aku sayang dia, dia sayang aku, tapi cuma sebatas teman, sahabat, saudara. We'll do anything for eachother, we always support eachother. Pokoknya best friends banget dan semua orang di sekitar kami tahu itu.

Aku pernah punya seorang sahabat, dia dekat sama Mr Cajoon juga dan suatu hari dia bilang sama aku kalau dia suka sama Mr Cajoon. Dia bilang itu ke Mr Cajoon langsung, aku nggak mau ikut campur, dan ternyata Mr Cajoon nggak bisa membalas perasaannya, tapi dia pengen tetap sahabatan. Mr Cajoon curhat ke aku, begitu juga si teman ini curhat ke aku, dan di sela curhatnya si teman bilang cemburu sama aku karena aku dekat banget dan sering bareng. aku bilang nggak perlu cemburu, aku nggak punya perasaan khusus ke Mr Cajoon dan begitu juga sebaliknya.

Hari berlalu dan sesuatu yang lebih dahsyat terjadi.

Mr Cajoon punya pacar.

Mr Cajoon tentunya selalu cerita sama aku bahkan sejak dia masih dalam tahap naksir. aku selalu excited dengar ceritanya dan tentunya aku selalu mendukung dia. I want my best friend to be happy, pastinya.

Lalu si cewek ini mulai cemburu nggak jelas. Padahal aku juga tahu diri, aku berusaha batasin untuk nggak memonopoli waktu Mr Cajoon. Aku bahkan selalu ngasih masukan positif tiap kali mereka berantem (bukan karena aku) walaupun aku merasa ini cewek aneh banget. Masa baru sebulan pacaran minta dilamar.

Tapi suatu hari, aku marah. I had enough.

Jadi ceritanya Mr Cajoon sakit. Dia tinggal di kosan yang dekat banget sama aku, dan katanya dia lagi berantem sama pacarnya. Dia minta ditemani ke Giant buat beli bahan makanan dan obat, lalu pergilah kami ke Giant. Sebelumnya kami makan dulu. Trus di Giant kami ketemu sama... pacarnya. Biasa aja dong ya, lagian siapa suruh berantem. Pas ketemu sih biasa aja.

Terus aku dengar kabar dia ngamuk di kosannya sambil jelek-jelekin aku dan bilang aku merebut pacarnya. Aku dengar dari temanku yang ngekos di situ, yang dengan baiknya jelasin nggak mungkinlah, mereka itu sahabatan sudah empat tahun lebih!

Ya iyalah, nggak mungkin, dumbass! Kalau aku mau dan suka sih sudah aku gebet dari dulu. Lagian please deh, itu pacarmu lagi sakit. Masih sempat aja jealous? Bukannya bilang makasih udah diurusin. 

Ih pokoknya aku emosi banget waktu itu. Untungnya mereka juga udah putus. Dan putusnya juga nggak sopan banget. Si cewek ngasih undangan nikah padahal posisi mereka masih pacaran. Sakit. Nggak ada manner banget. Pantesan aneh ini orang.

Semoga nggak kejadian lagi deh ya. Semoga Mr Cajoon dapat pasangan yang baik dan bisa akrab juga sama aku.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku