Skip to main content

Kehilangan

Minggu lalu, pakdeku meninggal. Di tengah kepanikan itu, aku entah gimana masih sempat pesan tiket pesawat ke Jakarta via Surabaya, terus akhirnya aku ketinggalan pesawat ke Jakarta, dan nginep di Surabaya sama Miss Turquoise. Sebelum itu aku dijemput sama Mr Cajoon trus kami berdua cerita banyak hal, cerita tentang patah hatinya, patah hatiku, kehidupannya, kehidupanku, dan bagaimana nanti kami berdua bakal ketemu lagi, akhir tahun ini... Mr Cajoon masih seperti dulu, namun aku tahu dia banyak memendam sedih setelah kisah cintanya yang terakhir, I wish I had something to say but I don't. Heart will heal itself.

Aku banyak cerita juga sama Miss Turquoise, tentang banyak hal, tentang rencana-rencana ke depan. Hidup rasanya lewat begitu cepat, katanya. Paginya aku terbang balik, aku coba hubungi sepupuku buat ngasih penghiburan, tapi mereka nggak balas, pastinya lagi sibuk banget, nggak kebayang di sana seperti apa, pasti bapak juga terpukul karena pakde satu-satunya keluarganya yang masih ada, mereka cuma dua bersaudara. Aku pun rasanya patah hati banget...

Begitu landing aku nginep di rumah seorang teman, sedih rasanya tapi pelukan dia dan penghiburannya menenangkan aku. Di saat itu rasanya aku ingin sekali punya seseorang untuk memelukku selalu, ada di sisiku saat senang maupun susah. Aku ingat seseorang yang aku hubungi saat pertama dengar kabar ini, seseorang yang selalu punya tempat khusus di hatiku selama empat tahun ini. Aku mengubunginya lagi dan dia mengatakan sesuatu yang menenangkan hatiku, rasanya adem banget. Rasanya lapang lagi. Terima kasih ya sudah ada buat aku. 

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...