Kata mereka, engkaulah gerbang khayangan yang sesungguhnya.
Mungkin mereka benar,
sebab kaki-kakiku selalu merasa gentar,
di hadapanmu.
Kau satu dari yang sembilan,
suci, sebagaimana seharusnya,
pintu gerbang dewa dewi.
Sepanjang jalan terus kaukejutkan aku,
dengan sisa-sisa keindahan purbakala,
dan senyumanmu yang magis.
Kaubelai aku dengan angin lembutmu yang misterius,
sayu,
pilu.
Kautaklukkan sisa-sisa keangkuhanku,
berdiri aku menatapmu,
bertanya,
masihkah kaukenali dirimu, anakku.
Comments
Post a Comment