Suatu minggu di bulan Agustus,
di antara deru mesin kapal dan kayuhan sampan,
di hempasan ombak Laut Utara, sepoinya angin dan celoteh camar-camar,
aku semakin mengenalmu.
Di antara Pulau Menjangan, besar dan kecil,
asap kayu bakar dan aroma panggangan ikan,
semua yang alam liar berikan.
Aku mengabadikanmu di dalam kepalaku,
mengukit sebanyak mungkin kenangan tentangmu,
wajahmu di latar senja Karimunjawa,
suara tawamu yang lepas saat kita mengail ikan rumah-rumah.
Aku sedih akan kenyataan bahwa suatu hari segala ingatanku tentangmu akan samar.
Bahwa mungkin tak ada selamanya untuk kita.
Aku sedih bahwa suatu hari nanti mungkin akan butuh jeda bagiku untuk menghadirkan wajahmu di pelupuk mataku,
hingga suatu hari segalanya akan lenyap,
dan aku akan mengingatmu hanya sebatas nama dan tahun.
Tapi kelak saat segalanya samar, kuharap aku masih bisa mengingat manis yang engkau hadirkan hari ini,
aroma laut di rambutmu,
dan senyummu yang mendamaikan.
Seberapa pun jauh.
Seberapa pun samar.
di antara deru mesin kapal dan kayuhan sampan,
di hempasan ombak Laut Utara, sepoinya angin dan celoteh camar-camar,
aku semakin mengenalmu.
Di antara Pulau Menjangan, besar dan kecil,
asap kayu bakar dan aroma panggangan ikan,
semua yang alam liar berikan.
Aku mengabadikanmu di dalam kepalaku,
mengukit sebanyak mungkin kenangan tentangmu,
wajahmu di latar senja Karimunjawa,
suara tawamu yang lepas saat kita mengail ikan rumah-rumah.
Aku sedih akan kenyataan bahwa suatu hari segala ingatanku tentangmu akan samar.
Bahwa mungkin tak ada selamanya untuk kita.
Aku sedih bahwa suatu hari nanti mungkin akan butuh jeda bagiku untuk menghadirkan wajahmu di pelupuk mataku,
hingga suatu hari segalanya akan lenyap,
dan aku akan mengingatmu hanya sebatas nama dan tahun.
Tapi kelak saat segalanya samar, kuharap aku masih bisa mengingat manis yang engkau hadirkan hari ini,
aroma laut di rambutmu,
dan senyummu yang mendamaikan.
Seberapa pun jauh.
Seberapa pun samar.
Comments
Post a Comment