Skip to main content

On Reading A Blog


Saya suka mengikuti blog orang karena pada dasarnya saya suka baca. Yang saya suka baca bukan cuma blog yang isinya cerita sehari-hari dan curhat atau pemikiran pemiliknya aja sih, tapi saya juga suka baca blog yang spesifik kayak blog resep masakan, blog tentang mikroekonomi, fashion blog, sampai blog persiapan pernikahan. Pokoknya saya suka baca semuanya.

Nah soal blog yang isinya cerita personal sehari-hari, memang rasanya jadi kayak kenal luar dalam banget sama pemiliknya, apalagi kalau diupdate terus. Rasanya jadi kayak teman yang cerita ke kita. Kadang ada orang yang dianggap oversharing terus dicela, dinyinyirin bahkan dihujat oleh pengguna internet lainnya.

Padahal ya, kalau menurut saya, kalau memang nggak suka sama.isi blognya, ya sudah sih, close aja, nggak usah main ke situ lagi, nggak usah buka blognya. Selesai masalah. Ngapain coba cari ribut sama orang?

Kalau saya sih merasa seru aja ada orang yang mau berbagi kisah hidup sama kita, kadang saya ikut terhanyut sama kisahnya, kalau dia sedang sedih rasanya kita juga ikut sedih. Begitu juga saat dia bahagia kita pun ikutan senang. Udah, gitu aja. Nggak perlu gimana-gimana.

Selain mengikuti blog teman yang saya kenal pribadi, saya suka mengikuti kisah Woro Pradono, suka baca blog Anggi, suka baca blognya Alaya. Alaya nggak banyak berbagi banyak info sehari-hari yang pribadi, tapi dia sharing hal-hal kecil dan sisanya remain mistery. I love her writings.

Kalau kamu? Suka nggak baca blog? Suka yang seperti apa?

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku