Skip to main content

Menjelma Doa

Kemarin, salah satu sahabat dekat saya dan Mr Defender memberitahu kami hal mengejutkan, "My wife is going to divorce me."

Kami berdua tidak mengatakan apa-apa sebab memang tidak ada yang bisa dan harus dikatakan. Kami menawarinya jalan-jalan, makan malam, karaoke, bilyar, clubbing, apa pun yang dia ingin lakukan malam itu, kami akan menemani. Tapi dia menolak. Tentu. Dia pasti sedang ingin sendirian.

"I don't know what's wrong, really. I asked her and her only answer was 'I don't love you anymore'. Is that it? After everything and all those years?"

Saya dan Mr Defender pulang ke rumah dengan sangat sedih semalam. Di dalam kamar kami berpelukan, erat, lama. Fakta bahwa seseorang yang telah bertahun-tahun bersama dengan seseorang, mati-matian mencintainya, melewati banyak cobaan hidup berdua, bisa kehilangan rasa cintanya kepada pasangannya, benar-benar membuat kami takut. Bukan perceraian si sahabat yang terasa menyakitkan bagi kami, tapi fakta itu: pasangannya tidak lagi mencintainya. Misalkan, seandainya dia akhirnya tidak jadi bercerai pun, alangkah menyakitkan fakta itu. Alangkah tidak berartinya sebuah ikatan tanpa cinta di dalamnya. Apakah yang dicari dalam hidup ini? Bukankah kebahagiaan? Bukankah cinta?

Suatu hari, salah satu dari kami berdua, bisa saja tiba-tiba kehilangan perasaan cinta. Betapa pun kami mempertahankan, jika suatu saat garis takdir menghendaki, pasti akan terjadi entah dengan cara apa. Manusia bisa berubah, pun meski dia berusaha menolak.

Kehilangan rasa cinta bahkan jauh lebih menyedihkan daripada perpisahan itu sendiri.

Dan saat saya melihat Mr Defender, saya sedih dengan kenyataan bahwa saya tidak akan pernah bisa mengatakan "Aku akan bersamamu selamanya " atau "Aku akan mencintaimu seumur hidup" dan begitu pula sebaliknya, dia tidak akan mampu menjanjikan hal yang sama untuk saya. Hal terbaik yang bisa dijanjikan hanyalah "Aku akan berusaha bertahan dalam pernikahan ini". Sebab walaupun saat ini rasa cinta begitu menggebu, apa yang bisa menjamin esok hati perasaan tak akan berubah?  Komitmen bisa dipaksakan untuk berjalan terus, tapi cinta?

"Enjoy your quality time with eachother, you two. You'll never know," pesan si sahabat kepada kami sebelum berpisah, yang terus terngiang di kepala saya hingga saat ini. Alangkah sungguh benar perkataannya. Dalam hidup ini tidak ada yang pasti. Pun meski kita memohon. Pun meski kita berkeras kepala. Akhirnya, semesta jualah yang akan membolak-balikkan hati kita, menjungkirbalikkan kehidupan kita.

Hai kamu, mari melangkah maju, bersisian, selagi jalan kita masih searah tujuan! :)


Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku