Skip to main content

Ketagihan

Sesuai yang saya duga sebelumnya, saya jadi ketagihan mengajak Mbak Rocker bepergian jauh berdua saja. Mumpung bapaknya lagi tugas di tempat yang nggak terlalu jauh dari sini, jadi saya bisa menengoknya setiap minggu. Sering banget, ya? Hahaha. Tadinya saya sempat kuatir Mbak Rocker kecapean terlalu sering bepergian jauh, tapi ternyata si kecil ini tangguh sekali, nggak ada tanda-tanda kelelahan, nggak rewel, di perjalanan pun dia ceria dan selalu tertidur satu dua jam. Alhamdulillah ya nak rezekinya bapak ibu nih punya anak tahan banting kayak kamu.

Nah, bulan ini Mbak Rocker bakal berusia enam bulan nih yang artinya bakal mulai makan! Saya nggak terlalu mempersiapkan perbekalan MPASI seperti ibu-ibu kekinian lain, mungkin karena saya super santai ya. Saya berniat memberi makan Mbak Rocker dengan bubur biasa saja. Paling ditambah dengan pisang, alpukat, keju, apel... pokoknya makanan yang biasa jadi finger snack deh. Mungkin juga bakalan saya kasih biskuit bayi. Pokoknya segimana anaknya aja doyannya apa deh. 

Kembali ke soal ketagihan traveling, nanti kalau Mbak Rocker sudah mulai makan tambah ribet pasti ya travelingnya karena harus memikirkan makanan anak bayi ini. Saya sering baca di blog-blog ibu modern yang membawa peralatan perang MPASI setiap kali bepergian dengan si kecil. Bahkan kadang jalan dua tiga jam ke mal saja bawaan sudah diaper bag segede koper. Wah, moga-moga nanti Mbak Rocker makannya gampang ya jadi nggak perlu begitu.

Saya sih mengidamkan punya anak bayi yang kalaupun sudah makan nggak rempong diajak jalan ke mana pun. dalam artian nggak alergi makanan dan nggak pilih-pilih. Kalaupun makan di restoran dia bisa ikut makan, minimal bisa makan telur rebus dengan bubur kan simpel, bisa pesan di restoran kan. Atau kalaupun bawa bekal dari rumah ya cukup bekal buah, biskuit, atau keju potong, yang ringkas dibawa-bawa dalam tas kan. Jadi perlengkapan perangnya bisa ditaruh di rumah saja. Kalaupun traveling yang lama ke kota lain juga semoga anaknya mudah beradaptasi dan nggak harus makan makanan yang sama dengan yang dimakan di rumah.

Amin! Yang pintar nak ya...

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku