Skip to main content

Rencana Semesta


Tahun ini diawali dengan kejutan yang tak disangka-sangka: testpack positif. Sebenarnya kami tidak berharap untuk cepat-cepat menambah momongan, terutama karena kondisi rahim saya setelah kelahiran Mbak Rocker, kami belum tahu apakah aman untuk secepat ini saya hamil lagi. Namun setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan kami dan dinyatakan aman, keterkejutan kami berubah menjadi kebahagiaan dan syukur tak terkira, begitu indahnya rencana semesta, bahkan tanpa harus meminta dan berusaha saya diberikan rezeki hamil lagi secepat ini.

Melihat Mbak Rocker yang sedang gembil-gembilnya mulai belajar bertumpu pada tepian tempat tidur dan berusaha berdiri, rasanya saya sering takut tak mampu menyediakan cukup kasih sayang untuknya ketika saya nanti punya dua orang anak. Namun semua ibu di sekeliling saya berkata, cinta seorang ibu tak akan habis dibagi berapa pun buah hatinya. Mr Defender membesarkan hati saya agar saya lebih santai dan pasrah menghadapi segala hal. Tentu dia paling memahami diri saya yang selalu membuat daftar dan rencana. Bahkan tahun ini saya berencana untuk memulai pendidikan pascasarjana bersamanya. Tentu saja dengan kehamilan ini saya harus menunda. Mr Defender mengingatkan dengan lembut bahwa semesta punya rencananya sendiri untuk saya.

Awal tahun ini juga, setelah berbagai drama asisten rumah tangga, saya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasa asisten dan menitipkan Mbak Rocker di daycare selama jam kerja. Walaupun dengan berbagai plus minusnya, saya akhirnya merasa bahwa inilah yang terbaik untuk kami semua. Perlahan-lahan saya dan Mbak Rocker mulai menyesuaikan diri. Walaupun hari-hari pertama saya menangis sepanjang perjalanan dari daycare ke kantor ketika menitipkan dia di sana, saya berusaha menguatkan diri bahwa inilah yang harus saya tempuh demi kebaikan Mbak Rocker, agar dia diasuh oleh tangan-tangan terampil yang lebih baik daripada apabila dia bersama asisten.

Mudah-mudahan segalanya berjalan lancar, Mbak Rocker bahagia, adiknya Mbak Rocker sehat, dan saya kuat bugar sampai persalinan nanti. Terima kasih, semesta, indahnya rencanamu tak terkira.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...