Skip to main content

Kabar Mbak Rocker

Kehamilan saya yang kedua ini berjalan dengan lebih mulus dibandingkan saat hamil pertama di mana saya muntah-muntah terus. Mungkin karena si adik tahu dia harus berbagi dengan kakaknya, ya... Si kakak sendiri sejauh ini pengertian sekali... makin pintar dan mandiri. Selain sudah mulai makan (saya memberi dia bubur dan sayur sop saja, nggak pakai puree-puree ala ibu-ibu masakini, praktis!) dia juga sudah mulai merangkak ke mana-mana bahkan mulai berdiri. Giginya pun sudah mulai tumbuh, manis sekali.

Kami memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasa pengasuh anak pulang pergi yang sebelumnya kami pakai. Alasannya karena sering nggak datang sehingga saya harus sering bolos kerja atau membawa Mbak Rocker, panggilan sayang kami, ke kantor. Saya akhirnya mencari tempat penitipan anak dan menemukan satu yang sesuai dan letaknya tidak jauh dari kantor saya sehingga saya mudah untuk mengantar jemputnya.

Di hari-hari awal meninggalkan kakak di sana, saya menangis, sama seperti ketika pertama saya meninggalkannya di rumah untuk bekerja setelah cuti melahirkan usai. Namun dari hari ke hari saya melihat bahwa kakak lebih terawat di TPA ini daripada dengan pengasuhnya di rumah, dan saya pun lega. Setiap sore, saat menjemput dan bisa memeluknya lagi, rasanya semua capek itu langsung melayang, dan saya jadi semangat lagi menjalani sisa hari. Ajaib ya perasaan yang bisa ditransfer sosok mungil ini ke ibunya. Saya yakin seluruh ibu di dunia pasti merasakan yang sama. Oh dear I love you oh so much!

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...