Skip to main content

Kabar Mbak Rocker

Kehamilan saya yang kedua ini berjalan dengan lebih mulus dibandingkan saat hamil pertama di mana saya muntah-muntah terus. Mungkin karena si adik tahu dia harus berbagi dengan kakaknya, ya... Si kakak sendiri sejauh ini pengertian sekali... makin pintar dan mandiri. Selain sudah mulai makan (saya memberi dia bubur dan sayur sop saja, nggak pakai puree-puree ala ibu-ibu masakini, praktis!) dia juga sudah mulai merangkak ke mana-mana bahkan mulai berdiri. Giginya pun sudah mulai tumbuh, manis sekali.

Kami memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasa pengasuh anak pulang pergi yang sebelumnya kami pakai. Alasannya karena sering nggak datang sehingga saya harus sering bolos kerja atau membawa Mbak Rocker, panggilan sayang kami, ke kantor. Saya akhirnya mencari tempat penitipan anak dan menemukan satu yang sesuai dan letaknya tidak jauh dari kantor saya sehingga saya mudah untuk mengantar jemputnya.

Di hari-hari awal meninggalkan kakak di sana, saya menangis, sama seperti ketika pertama saya meninggalkannya di rumah untuk bekerja setelah cuti melahirkan usai. Namun dari hari ke hari saya melihat bahwa kakak lebih terawat di TPA ini daripada dengan pengasuhnya di rumah, dan saya pun lega. Setiap sore, saat menjemput dan bisa memeluknya lagi, rasanya semua capek itu langsung melayang, dan saya jadi semangat lagi menjalani sisa hari. Ajaib ya perasaan yang bisa ditransfer sosok mungil ini ke ibunya. Saya yakin seluruh ibu di dunia pasti merasakan yang sama. Oh dear I love you oh so much!

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...