Skip to main content

Happy Birthday, Rocker!

Kemarin, Mbak Rocker berulang tahun yang pertama. Tak terasa ya, bayi mungil itu kini sudah tak begitu bayi lagi. Melihat dirinya yang saat ini, sudah lancar berlari, sudah bicara sepatah-patah, sudah makin lucu, cantik dan pintar, hati saya rasanya penuh oleh bahagia. 

Kami tidak membuat pesta ulang tahun atau perayaan apa pun karena dua bulan yang lalu kami merayakan tedhak siten atau turun tanahnya yang pertama. Sebagai orang Jawa, saya memang suka dan merasa berkewajiban untuk nguri-uri kabudayan agar tak hilang ditelan zaman. Kemarin siang, saya memang pergi ke mal dengan dua sahabat saya, Miss Doraemon dan Miss Pinky, merayakan setahun saya menjadi ibu. Sore harinya saya dan Mr Defender membelikannya sepeda dan merayakan di rumah dengan sederhana: makan nasi kuning bertiga. Mbak Rocker berceloteh, nanana, tatata, anabapa anamama. Lalu mencoba sepeda. Mbak Rocker tertawa-tawa bahagia.

Anakku, sehat dan bahagia selalu ya. Alangkah bangganya ibu melihatmu tumbuh besar, cantik sempurna, sudah bisa memangil bapak, mama, minta numnum, mam, dan sudah isa berdansa hotdog mengikuti Mickey Mouse di televisi. Ah, membuncah dada ibu setiap kali menulis tentangmu, Nak, anakku, cah ayu...

Semoga kelak engkau tumbuh menjadi manusia yang baik budi, menghormati sesama dan isi semesta. Semoga engkau menjadi anak yang murah hati, tidak membeda-bedakan dan tidak menilai orang dari apa yang tampak di luar. Semoga engkau menjadi anak yang cerdas hati dan pikiran. Semoga engkau menjadi pribadi yang penuh cinta kasih dan kebaikan. Semoga, Nak, engkau berkesempatan untuk melihat luasnya dunia dan memiliki lebih banyak kesempatan dibandingkan yang pernah ibu dapatkan. Semoga engkau selalu dicintai, semoga engkau dikelilingi oleh mereka yang mengasihimu, mendukungmu, dan membantumu untuk maju. Dan di atas segalanya, semoga engkau menjadi anak yang bahagia, anakku... Selamat ulang tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...