Skip to main content

Lembaran Baru!

Di tahun pertama memulai kehidupan baru di Tarakan, kami menyerahkan keputusan pencarian rumah tinggal kepada salah satu teman Mr Defender yang tinggal di kota ini. Karena keterbatasan waktu dan karena kami juga nggak sempat mencari rumah sendiri waktu itu, kami tidak mau merepotkan. Syarat rumahnya cuma satu: dekat dengan kantor. Kami juga memberitahu jumlah kamar yang dibutuhkan sekian, dengan anggaran sekian. Dapatlah kami rumah kontrakan pertama kami, yang memenuhi semua syarat yang kami ajukan.

Kami berdua dari awal sepakat akan mencari rumah baru setelah kami tinggal di Tarakan jika memang rumah yang pertama tidak cocok. Dan setelah setahun berjalan ternyata kok ya memang nggak cocok... rumahnya sudah sangat tua sehingga banyak bagian yang perlu perbaikan, namun pemilik rumah tidak berkenan memperbaiki. Di samping itu, tempat parkirnya sangat sempit dan tidak ada halaman, padahal anak-anak saya butuh lahan luas terlebih saat si Racun Api mulai belajar berjalan.

Akhirnya kami mencari-cari kandidat rumah baru dan menemukan rumah yang sangat kami sukai. Rumahnya besar, banyak cahaya matahari, ada halaman rumput yang luas, ada kolam ikan segala, banyak pohon, dengan tiga kamar yang lapang. Jadilah kami mengambil rumah baru ini, dan senang sekali karena anak-anak sangat menyukainya! Di lingkungan rumah juga banyak anak kecil sehingga anak-anak nantinya punya teman bermain. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari rumah yang sekarang. 

Minggu depan kami akan mulai mengangkut barang, yeay! Semoga bisa betah berlama-lama di rumah baru nanti.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...