Tanpa terasa tahun ini sudah berjalan sebelas bulan, dan sebulan lagi tahun baru datang. Kami sedang mempersiapkan liburan akhir tahun, lalu berbincang tentang banyak hal, termasuk resolusi tahun baru saya yang lalu, menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.
Saya merasa sejak saya menikah, banyak prioritas yang bergeser. Kuliah di luar negeri, mengejar karir formal di kantor, sudah lama saya coret dari daftar prioritas teratas. Terutama karir, bukan terutama karena saya ingin mengabdi menjadi istri yang baik, tapi lebih karena saya merasa karir di kantor yang sekarang bukan hal yang benar-benar ingin saya kehar dalam hidup, dan karenanya tidak layak menyita begitu banyak waktu saya. Mungkin nanti saya akan menemukan karir yang saya sukai dan ingin saya kejar, tapi untuk saat ini, saya merasa cukup dengan pekerjaan yang sekarang, yang walaupun tidak menyalakan lentera jiwa di hati, tapi mampu memberikan saya penghidupan dan cukup banyak waktu luang bersama keluarga. Dan untuk sementara, saya merasa berdamai dengan karir.
Jika saya ingat bulan-bulan awal pernikahan kami di mana saya merasa berat karena menyesuaikan diri dengan penyakit bipolar ibu mertua saya dan tantangan dari lingkungan sekitar saat saya menjalani transisi spiritual, saya merasa bersyukur kami bisa sampai di titik yang sekarang, di mana saya merasa jauh lebih bisa berdamai dengan keadaan yang belum sempurna dan tidak mungkin bisa sempurna. Saya tidak lagi terbangun dan merasa terbebani untuk melakukan berbagai treatment penyembuhan untuk ibu, saya merasa cukup dengan berusaha memberikan penanganan terbaik, fasilitas medis terbaik, dan sisanya, saya pasrahkan kepada semesta. Dan ajaibnya, setelah saya berdamai dengan kenyataan bahwa kami harus berjuang dengan penyakit ibu seumur hidup, rasanya hati saya lebih lapang dan saya punya lebih banyak cinta untuk diberikan. Jadi, bisa dibilang, dalam hal ini pun saya merasa damai.
Akan perjalanan spiritual, saya menerima bahwa saya tidak harus memahami segalanya untuk merasa damai, dan mungkin tidak ada titik finish untuk perjalanan ini. Semakin saya mencari, bertanya, dan menggali, semakin saya merasa dekat dan mengenalNya, dan saya merasakan jatuh cinta padaNya, berkali-kali.
Lucu jika saya menyadari bahwa dari luar, keadaan hidup saya tidak tampak berubah jauh dibandingkan beberapa tahun yang lalu saat saya merasa sangat gamang, namun di dalam, semuanya jauh berubah. Walaupun saat ini saya tidak jauh lebih kaya, atau lebih berpendidikan, atau lebih-lebih superficial yang lain, tapi dalam hati saya merasa jauh berkecukupan. Lucu bahwa sebenarnya semua hanya soal mindset, bahwa damai dan tidak damai itu tidak datang dari luar, bahwa saya bisa merasa damai di tengah ketidakteraturan.
Comments
Post a Comment