Skip to main content

November Rain


Sebulan ini hujan sedang rajin-rajinnya dan deras-derasnya turun, ditambah dengan petir dan angin yang lumayan mendebarkan khususnya karena keluarga kami tinggal di pulau kecil. Cuaca dingin membuat anak-anak jadi mudah kena pilek, apalagi Mbak Rocker baru saja sembuh dari sakit. Bulan ini juga Mr Defender masih bertugas di luar kota sehingga saya harus sendirian menerpa badai kehidupan, hahaha.

Cukup banyak momen  meltdown yang saya alami bulan ini, khususnya karena saat ini saya sedang menjalani kehamilan ketiga yang beda dengan dua kehamilan sebelumnya, luar biasa menguras energi. Seakan-akan setiap jam empat sore baterai saya sudah habis ke titik nol sehingga saya tidak punya energi lagi untuk menemani anak-anak main, mengerjakan PR, apalagi membuatkan makanan dan mengurus rumah. Syukurnya anak-anak juga lumayan pengertian.

Di sisi lain bulan ini juga menyenangkan karena cuaca jadi adem, saya tidak perlu kepanasan hamil-hamil begini. Karena saya mudah kelelahan jadi sepulang kantor saya lebih banyak berbaring kruntelan dengan anak-anak sambil mereka menonton kartun dan saya membaca atau browsing di ponsel. Kadang-kadang saya tertidur lebih dulu. Jika mereka tertidur lebih dulu, saya akan lanjut menonton serial favorit di televisi. Kami banyak takeout KFC karena saya terlalu capek untuk memasak, yang tentunya anak-anak senang-senang saja, hahaha.




Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku