Karena tahun ini Mbak Rocker masuk sekolah yang menjadikan bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa dasarnya, maka mau tak mau dia harus belajar bahasa Mandarin sedikit-sedikit sebelum mulai sekolah. Mengapa? Karena sebagian besar calon teman sekolahnya sudah bisa bahasa Mandarin (karena banyak TK yang mengajarkan bahasa Mandarin di sini, atau karena memang sudah berbahasa Mandarin dari rumah). Dan karena sebagian besar tempat les Mandarin tidak menerima sistem belajar privat, semua tempat les baru akan buka bersamaan dengan tahun ajaran baru.
Maka, akhirnya, Mbak Rocker belajar sendiri di rumah dengan bantuan ibu, youtube, buku-buku, flashcard, dan beberapa aplikasi. Mengapa belajar Mandarin nggak bisa dari buku atau flashcard aja? Karena intonasi yang beda membuat kata yang sama bisa berbeda makna. Duh, sejauh ini Mandarin ini bahasa paling ribet yang pernah saya pelajari (dan itu termasuk bahasa Jerman yang grammarnya kriting serta bahasa Jepang dengan katakana hiragana dan kanjinya).
Hebatnya, Mbak Rocker dan juga si Racun Api semangat sekali belajar bahasa baru ini. Yah minimal ngerti angka, warna, cara memperkenalkan diri dan yang dasar banget lah ya. Maksudnya biar nggak minder aja nanti di kelas.
Konon katanya belajar bahasa baru bisa menyambungkan neuron-neuron di otak. Benarkah? Embuh. Yang jelas belajar bahasa baru bareng anak-anak bikin saya senang aja, belajar sesuatu yang belum pernah dan mengalami sesuatu untuk pertama kali. Semoga beberapa tahun ke depan bisa cangcingcung ya, biar nggak perlu komunikasi pakai kalkulator kalau di glodok.
Comments
Post a Comment