Skip to main content

Jodoh Pasti Tekan, Rezeki Ora Kijolan

Jalani saja hidup ini.
Semua sudah digariskan.

Kadang ada banyak hal yang membuat kita mempertanyakan keadilan Tuhan, bahkan sedari dulu kita kecil. Semisal kenapa si X yang nakal itu selalu dibelikan semua mainan baru yang mahal banget sama ayahnya. Lalu ketika mulai puber, kenapa si C selalu dapat pacar cowok paling keren di sekolah padahal dia bitchy abis. Kenapa si M nilai ujiannya bagus terus, IPK selalu allahuakbar padahal dia sama kayak kita, jalan dan nonton di malam ujian. Kenapa akhirnya si R yang player banget menikah dengan pria yang too good to be true. Kenapa L yang IPK nya pas pasan dapat kerjaan bagus di kantor impian. Kenapa U yang dapat promosi padahal kerjanya gitu gitu aja. Kenapa anaknya F selalu duluan di segala lini milestone. Dan seterusnya dan seterusnya.

Yah, padahal katanya rezeki dan jodoh memang rahasia ilahi. Dan semesta punya cara kerjanya sendiri. Mungkin semua sudah ada hitung-hitungan koefisiennya sendiri yang tepat presisi dengan amal ibadah atau karma kita di masa lalu. Mungkin Tuhan memang pilih kasih. Atau mungkin segala kejadian ini random semata yang dikerjakan komputer kuantum mahadahsyat yang tak kasat mata.

Apa pun itu, semuanya sudah digariskan.


Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...