Skip to main content

Bintaro Blok M PP


Kampus Bintaro direnovasi, jadi sebagian mahasiswa termasuk saya harus kuliah di Kampus Blok M. Ya ampun, keluh saya. Saya kan nggak ada kendaraan, trus gimana dong saya berangkat ngampusnya? Males banget nggak sih. Krik krik.

Mr Cajoon juga termasuk yang kuliah di Blok M sih, biasanya juga kalau kuliah umum yang sekali sebulan itu saya nebeng dia. Sekarang tapi kan kami beda kelas, kalau pas sama-sama ada jadwal ya bisa aja sih bareng...kalau enggak? Mana mungkin dia mau bolak balik Bintaro Blok M demi antar jemput saya? Saya yang bakal keselek kalau dia begitu.

Kalau naik kendaraan umum, duh bakal banyak keluar ongkos plus tua di jalan deh. Dari Bintaro yang langsung Blok M kan cuma kopaja 613 yang lambat kayak si komo. Kalau mau cepat harus ganti tiga kali plus sambung bajaj deh. Ampun.

Uff, saya harus mikir serius bagaimana menjalani kuliah semester ini. Kemarin Mr Mountainbike mengajak saya mencoba hunting kosan di daerah Purnawarman sana, cuma ya ampun, mahalnya ampun-ampun deh, trus fasilitasnya biasa saja. Dihitung-hitung lagi mendingan saya tetap ngekos di Bintaro plus ongkos kendaraan umum. Ya sudah deh, kayaknya nggak usah ngekos, capek di ongkos.

Terus tapi aku...aku harus gimanaaa?

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...