Skip to main content

Cerita Reuni Akbar

Jadi kampus saya merencanakan reuni akbar untuk seluruh angkatan dan saya ditunjuk jadi koordinator acara panggung bareng salah satu teman saya. Saya dibebaskan rekrut panitia kecil yang bakalan bantu saya di panggung, audisi band-band dan pengisi acara lainnya, cari MC sampai bintang tamu dan lain sebagainya.
Capek? Iya. Rempong? Banget. Mana teman partner saya itu kan udah nggak ngampus, dia kerja di lapangan Banteng, jadi sehari-hari dia nggak available. Kasihan juga lihatnya, nyaris tiap malam dia datang ke Bintaro pulang kerja buat lihat latihan tari nusantara (ini keren banget, ada lima tarian yang ditarikan oleh ratusan penari secara medley, dan bakalan jadi open act acara panggung), serta mengkoordinasikan banyak hal sama saya dan sama tim panitia yang lain kayak properti panggung, dana, dan sebagainya.

Saya sendiri, karena partner nggak bisa banyak handle kegiatan yang basisnya di kampus, harus koordinasi sama anak UKM film yang mau bikin dokumenter pendek buat diputar di panggung, nyari bintang tamu yang astaga susah ya bok ngikutin selera om-om dan tante-tante alumni jaman 80an, trus nyari pengisi acara, audisi di studio trus setelah dapat susunan pengisi acara, rapat lagi dengan tim kecil saya, trus minta acc koordinator umum yang banyak maunya, trus setelah semuanya oke barulah saya susun rundown dan bikin technical meeting.

Dipikir lagi, gila ini acara segede ini, untuk panggung cuma berempat kami mengurusnya. Untunglah ya saya anak gaul, hahaha, jadi buat nyari MC dan band-band yang mau audisi nggak susah lah, karena semua juga isinya teman sendiri, lo lagi lo lagi...
Waktu saya ngobrol dengan tim panitia yang lain, kayak yang tim games yang bikin flying fox dan trapeze, ceritanya juga sama: gue lagi gue lagi, itu aja orangnya. Kalau saya perhatikan lagi, kalau saya ingat-ingat lagi, dari dulu jaman bikin acara Stanfest, kompetisi panjat dinding, atau acara-acara hore lainnya, panitianya ya itu-itu aja. Beda sama acara akademis macam seminar atau workshop gitu, beuh banyak yang mau jadi panitia. Kenapa ya anak-anak kampus ini kurang mau kerja nguli, pikir saya. Memang begitu kali ya suasana kampus ini, semuanya serius belajar sampai lupa bersenang-senang.

Yah singkat cerita acara berjalan sukses walau diguyur hujan, tenda artis banjir, make up artist nggak datang yang jadinya saya harus jadi make up artist juga, anak film ngasih editannya telat banget sampai hampir ga jadi diputar. Tapi di ujung acara, bammm, sukses. Memang sih badan gempor karena berhari-hari cuma tidur ayam, tapi puas banget lihat acaranya seru, semua orang senang, alumni juga bilang makasih banyak. Happy! I feel like I can conquer the world.

Memang sih jadinya saya nggak begitu banyak reuni sama teman seangkatan, karena kan saya sibuk ngurusin panggung, tapi ya udah sih kan saya masih di kampus juga. Hahaha. I'm so proud of myself for doing this and that, I put it all together, and I nail it! Yay!

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Tanpa Alasan Khusus

Sebagai penjelasan yang (mungkin) ditunggu oleh teman-teman yang kemarin sempat tahu bahwa kami, saya dan Mr Defender, sedang mempersiapkan pernikahan (dan menanti undangan yang tak kunjung datang) maka saya merasa perlu memberitahukan bahwa kami sepakat untuk menunda menikah dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau di antara teman-teman ada yang bertanya mengapa, atau lebih tepatnya ada apa, maka kami akan menjawab, tidak ada apa-apa. Pernikahan, memang kami tunda, tapi bukan karena alasan finansial (walaupun ya, saya dan dia memang kebetulan sama-sama sedang dalam kondisi finansial kurang bagus), bukan karena ada masalah dengan keluarga (bukan berarti masalah itu tidak ada, tapi bukan itu penyebab tertundanya pernikahan kami), juga bukan karena kami mendadak tidak yakin pada satu sama lain. Kami menunda karena belum siap (klise bukan). Atau tepatnya belum ingin. Tentu saja kami masih saling mencintai dan ingin menikah, suatu hari nanti. Tapi sekarang, kami merasa cukup nyaman ...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...