Skip to main content

Lulus!! (Hampir)

Garis finish kuliah sudah di depan mata. Tinggal ujian komprehensif saja lalu sudah. Hm, rasanya dua tahun nggak berasa (padahal kalau begadang tugas suka ngeluh berat) tiba-tiba udah mau lulus aja.


Sidang skripsi lancar jaya kemarin. Nggak ada rintangan apa yang terlalu berarti selain sepatu baru yang bikin lecet, hahahaha. Ya sudahlah ya. Semua teman dekat saya datang buat support saya hari itu. I'm so blessed.

Yang paling bikin deg-degan itu sebenarnya sidangnya Mr Cajoon. Dasar ya anak ini memang, ngerjain skripsi aja ditunda-tunda sampai detik-detik terakhir banget, bahkan dia sampai masuk daftar terakhir gitu, dapat perpanjangan waktu. 

Sampai akhirnya si saat terakhir banget itu saya ikutan begadang si kamarnya edit segala macam dan merapikan skripsinya sampai jadi draft pertama.

Lalu setelah itu perjuangan belum usai, saya menemani dia buat ketemu sama dosen pembimbing, untunglah orangnya baik banget dan skripsinya dia nggak banyak dikoreksi. Gila aja kan kalau udah injury time begini masih banyak salah... 

Trus akhirnya maju sidang kan. Anak-anak kampus sudah banyak yang mudik soalnya sudah pada lulus sidang kan, jadi kampus sudah rada sepi. Saya nungguin sidangnya di luar gedung, mana gedungnya pindah pula... 

Akhirnya dia lulus dan kita ber high five, yeahhh!!

Saking saya ke mana-mana menemani Mr Cajoon buat bantuin dia ini, kemarin salah satu dosen pengujinya nanya, mbak ini pacarnya ya? kok saya lihat setia banget nungguin dari kemarin... Hahaha, saya ketawa aja. Mr Cajoon pakai repot menjelaskan kalau saya sahabat yang bagaikan saudara.
Sahabat yang bagaikan saudara. So sweet ya dia. Untung juga segala huru hara tugas akhir sudah usai, tinggal masuk ke percetakan aja. Trus bisa hore-hore. Nonton. Jalan. Naik gun...

Lalu belajar buat komprenya kapan?
Mingkem.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Tanpa Alasan Khusus

Sebagai penjelasan yang (mungkin) ditunggu oleh teman-teman yang kemarin sempat tahu bahwa kami, saya dan Mr Defender, sedang mempersiapkan pernikahan (dan menanti undangan yang tak kunjung datang) maka saya merasa perlu memberitahukan bahwa kami sepakat untuk menunda menikah dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau di antara teman-teman ada yang bertanya mengapa, atau lebih tepatnya ada apa, maka kami akan menjawab, tidak ada apa-apa. Pernikahan, memang kami tunda, tapi bukan karena alasan finansial (walaupun ya, saya dan dia memang kebetulan sama-sama sedang dalam kondisi finansial kurang bagus), bukan karena ada masalah dengan keluarga (bukan berarti masalah itu tidak ada, tapi bukan itu penyebab tertundanya pernikahan kami), juga bukan karena kami mendadak tidak yakin pada satu sama lain. Kami menunda karena belum siap (klise bukan). Atau tepatnya belum ingin. Tentu saja kami masih saling mencintai dan ingin menikah, suatu hari nanti. Tapi sekarang, kami merasa cukup nyaman ...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...