Skip to main content

Bangun dari Hibernasi

Blog ini mati suri ternyata. hahaha. Masih dikunjungi setiap hari untuk mengecek apakah ada postingan baru dari blog-blog favorit di blogroll, tapi sama sekali tidak ditulisi lagi :) Sebenarnya banyak sih yang mau ditulis, tapi rasa malas (dan kadang, takut menulis sesuatu yang akan disesali) selalu lebih besar dari rasa ingin menulis itu.

Well, tahun sudah berganti, dan saya mendapatkan hadiah tahun baru yang terindah dari alam semesta: janin berumur (saat ini) empat bulan yang tumbuh sehat walaupun menempuh tiga bulan pertamanya dalam hiperemesis dan kondisi kehamilan yang mengkhawatirkan (yang mungkin merupakan salah satu alasan blog ini hibernasi selama waktu di atas). Begitu cemasnya saya akan kondisi kehamilan ini, sampai-sampai saya baru mengabarkan berita gembira ini kepada orang-orang setelah trimester pertama lewat. Tapi syukurlah, sekarang si janin tumbuh sehat, normal dan sempurna menurut USG dokter.

Kabar lainnya, akhirnya saya memberanikan diri untuk minta dipindahkan dari unit kerja saya yang lama, yang situasi dan suasana kerjanya sudah tidak menyehatkan untuk saya. Dan sejak akhir tahun lalu, saya sudah menempati ruangan baru, dengan suasana kerja baru yang syukurlah lebih menyegarkan dan dinamis, dengan teman-teman seruangan, partner kerja yang lebih menyenangkan serta menyehatkan jiwa. Dan saya sangat bahagia menemukan lagi semangat kerja yang sudah hampir setahun menguap entah ke mana. Memang perubahan itu perlu. Terus menerus perlu.

Kami sudah pindahan ke rumah baru, dan menjadi penghuni pertama di perumahan yang fasilitas umum, termasuk jalannya belum sempurna. Air PDAM belum terpasang, jalanan masih tanah, suasana masih berisik karena masih banyak pembangunan rumah yang berjalan, developer yang kurang sekali pelayanannya... banyak sekali duka yang dirasakan, namun sukanya jauuuuhhh lebih banyak. Dan segala kesusahan yang kami rasakan di masa-masa ini, kami yakin kelak akan menjadi bahan tertawaan kami saat kami menengok ke belakang.

Yah, begitulah. Hidup ternyata cukup menyenangkan. :)

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...