Skip to main content

Pindahan

Saat ini kami sekeluarga sedang sibuk berkemas mempersiapkan kepindahan kami ke seberang samudra... Barang yang kami bawa sebenarnya cuma pakaian dan buku serta sedikit barang anak-anak. Perabotan dan barang elektronik sebagian besar kami tinggalkan untuk teman yang akan menyewa rumah kami, sebagian lagi kami berikan kepada teman lain untuk kenangan. Ibu dan bapak saya sempat datang dari Jogja untuk menengok anak-anak dan membantu persiapan pindahan. Sebagian besar barang yang mau dibawa sudah kami kirimkan, sisanya akan kami bagasikan nanti sambil kami berangkat.

Segala kericuhan saat kami pertama kali tahu akan pindah sudah beres. Kami sudah mendapatkan tempat tinggal di sana, kontrak rumah sudah dibayar, dan agen penyalur babysitter juga sudah mengabari kalau dia berhasil mendapatkan pengasuh anak yang mau ikut dengan kami, walau dengan gaji agak mahal. Ah, biarlah, pikir saya, yang penting ada dulu. 

Jadi kami menikmati hari-hari terakhir di kota ini sambil mengurus segala sesuatu yang perlu disiapkan: akta kelahiran si Racun Api, anak kedua saya, surat dokter anak untuk Mbak Rocker dan adiknya, berkas-berkas dari kantor dan sebagainya... Tak terasa sudah cukup lama di rumah ini, tiba juga saatnya untuk pindah. Walaupun banyak kegalauan dan ketidakpastian yang menunggu di depan, namun semoga semuanya nanti beres pada waktunya, amiiin...

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku