Ternyata butuh waktu hampir tiga tahun bagi saya untuk menyelesaikan membaca buku ini.
Sebenarnya saya juga lupa alasan saya membeli buku ini, mengingat kekecewaan saya pada dua buku sebelumnya, A Very Yuppy Wedding dan Divortiare.
Buku ini sebenarnya juga nggak jauh berbeda dengan kedua buku sebelumnya dalam hal penulis yang membuat pembaca lelah karena menjejalkan sejuta informasi nggak penting yang juga nggak membantu berkembangnya plot cerita. Semacam si penulis susah menarik egonya untuk menumpahruahkan semua pengetahuan yang dia punya ke dalam buku, sehingga membuat pembacanya lelah (dan banyak skip halaman seperti saya).
Namun, dibandingkan kedua buku lainnya, Antologi Rasa punya plot yang lebih manusiawi dan realistis (walaupun tetap bertele-tele dan membuat kita sulit untuk relate apalagi bersimpati kepada tokoh cerita).
Buku ini sebenarnya juga nggak jauh berbeda dengan kedua buku sebelumnya dalam hal penulis yang membuat pembaca lelah karena menjejalkan sejuta informasi nggak penting yang juga nggak membantu berkembangnya plot cerita. Semacam si penulis susah menarik egonya untuk menumpahruahkan semua pengetahuan yang dia punya ke dalam buku, sehingga membuat pembacanya lelah (dan banyak skip halaman seperti saya).
Namun, dibandingkan kedua buku lainnya, Antologi Rasa punya plot yang lebih manusiawi dan realistis (walaupun tetap bertele-tele dan membuat kita sulit untuk relate apalagi bersimpati kepada tokoh cerita).
Comments
Post a Comment