Pindahan itu memang menguras energi fisik dan terutama mental (dan tentunya juga menguras tabungan ya). Sudah hampir setengah tahun kami bertempat tinggal di sini, namun rasanya saya masih sering merasa asing, lalu murung. Di kota baru yang mana saya nggak punya banyak teman, masih jetlag dengan kerjaan baru di kantor, belum punya banyak aktivitas untuk menyibukkan diri.
Saya sering pengen menampar diri sendiri karena di sini saya punya suami yang menyayangi saya, dua anak yang lucu, saya punya rumah untuk bernaung, hidup saya berkecukupan, namun saya merasa murung begini. Dan biasanya penyadaran itu bukan membuat saya bersyukur, tapi tambah murung karena merasa egois dan nggak berguna.
Biasanya saat merasa murung begitu saya jadi nggak semangat ngapa-ngapain, maunya berdiam di kamar. Nonton serial tv, baca buku atau main ponsel.
Kemarin saat saya sedang malas-malasan begitu, Mr Defender datang dan bilang, "Ada dompetku di tasmu, Yang?"
Saya menjawab tanpa mengalihkan mata dari televisi, "Nggak ada."
"Coba lihat dulu Yang, sudah aku cari ke mana-mana nggak ada."
Dengan malas saya meraih tas dan membukanya, saya tertegun melihat sebatang Toblerone besar di situ.
"Aku masukkan dari tadi pagi Yang, cuma kamu gak buka-buka tas. Selamat hari valentine, ya." Mr Defender mengecup pipi saya.
Dan saya menangis.
I cried a river.
I'm sorry for being so selfish, babe. I'm sorry for not being a good wife, a good mother for our kids. I'm sorry for all the takeout meals.
I'll take a better care of you, of us, of our kids, of myself.
I'll be your sunshine again.
Comments
Post a Comment