Skip to main content

Happy Valentine

Pindahan itu memang menguras energi fisik dan terutama mental (dan tentunya juga menguras tabungan ya). Sudah hampir setengah tahun kami bertempat tinggal di sini, namun rasanya saya masih sering merasa asing, lalu murung. Di kota baru yang mana saya nggak punya banyak teman, masih jetlag dengan kerjaan baru di kantor, belum punya banyak aktivitas untuk menyibukkan diri. 

Saya sering pengen menampar diri sendiri karena di sini saya punya suami yang menyayangi saya, dua anak yang lucu, saya punya rumah untuk bernaung, hidup saya berkecukupan, namun saya merasa murung begini. Dan biasanya penyadaran itu bukan membuat saya bersyukur, tapi tambah murung karena merasa egois dan nggak berguna.

Biasanya saat merasa murung begitu saya jadi nggak semangat ngapa-ngapain, maunya berdiam di kamar. Nonton serial tv, baca buku atau main ponsel.

Kemarin saat saya sedang malas-malasan begitu, Mr Defender datang dan bilang, "Ada dompetku di tasmu, Yang?"

Saya menjawab tanpa mengalihkan mata dari televisi, "Nggak ada."

"Coba lihat dulu Yang, sudah aku cari ke mana-mana nggak ada."

Dengan malas saya meraih tas dan membukanya, saya tertegun melihat sebatang Toblerone besar di situ. 

"Aku masukkan dari tadi pagi Yang, cuma kamu gak buka-buka tas. Selamat hari valentine, ya." Mr Defender mengecup pipi saya.

Dan saya menangis.

I cried a river.

I'm sorry for being so selfish, babe. I'm sorry for not being a good wife, a good mother for our kids. I'm sorry for all the takeout meals. 

I'll take a better care of you, of us, of our kids, of myself.

I'll be your sunshine again.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku