Setiap sehabis saya melakukan perjalanan menjadi relawan, saya selalu pulang dengan syukur dan kegelisahan. Rasa syukur dan kegelisahan saya, lucunya, punya sumber yang sama, yaitu dari melihat kesenjangan. Antara diri saya dengan mereka yang lebih tidak beruntung, di mana saya menjadi relawan. Saya dengan anak-anak pulau terluar yang tidak punya gedung sekolah. Atau saya dengan anak panti asuhan. Saya tidak pernah bisa pulang tanpa merasa sedikit sedih. Saya sering merasa iri pada seorang teman, Miss Sunshine namanya, yang merupakan salah satu orang paling baik hati, ceria dan ringan tangan yang pernah saya kenal. Dia akan memberikan 100% di tempat dia menjadi relawan, lalu pulang ke kota dan spa di salon sehari penuh dengan sama cerianya. Saya tidak pernah bisa. Setiap saya kembali, saya selalu merasa ditampar. Tamparan sakit yang layak saya dapatkan. Dan alangkah sering saya mengeluh tentang ketidaksempurnaan atau ketidakadilan hidup dan semesta pada saya. Bahwa saya seharusn...