Skip to main content

Anakku Sudah Sekolah!

Iya, si Racun Api pembuat onar, pasukan huru-hara anti perdamaian itu sekarang sudah masuk sekolah di sekolah yang sama dengan Mbak Rocker. Penyebabnya apalagi kalau bukan ingin bareng dengan kakaknya. Ya sudahlah, akhirnya kami masukkan juga dia ke kelas percobaan.

Sudah sebulan sekolah eh kok dia betah dan kakaknya juga jadi lebih semangat sekolah sekarang, syukur banget! Padahal saya sudah siap mental hangus uang pangkal kalau ujug-ujug si Racun Api nggak mau sekolah lagi, hehehe... Sekarang kesibukan pagi jadi bertambah karena ada dua yang harus dimandikan, disiapkan baju, tas, dan bekalnya... belum lagi huru-hara yang selalu adaa saja di detik-detik sebelum berangkat. Ya kaos kaki nya belum ada lah, topi yang terselip entah di mana, tempat minum yang kurang rapat ditutup lalu merembes ke mana-mana...

Saya senyum-senyum sendiri setiap kali berhasil mengantar mereka ke gerbang sekolah dengan drama pagi yang selalu berbeda setiap hari. Sampai juga saya di titik ini, saat anak-anak mencium tangan saya dan menyandang tas masuk ke sekolah. Duh, saat ngetik ini saja rasanya mata saya basah, begitu cepat ya waktu berlalu, rasanya baru kemarin saya howek hoek hamil Mbak Rocker, tiba-tiba sekarang dia sudah besar, punya adik, sudah sekolah, kok ya nggak terasa ya...

Kemarin juga si Racun Api sudah genap usia dua tahun. Hari ini kami buat acara pesta kecil di rumah mengundang tetangga dan temannya anak-anak. Karena ulangtahun Mbak Rocker kemarin pas bulan puasa, jadi sekalian kami merayakan ulang tahun mereka berdua di rumah. Biar nggak ada yang iri karena nggak dapat kado, sekalian saja lah barengan. Sebelumnya saya menawarkan Mbak Rocker untuk bikin acara di sekolah, sebab banyak temannya yang sering berulang tahun di sekolah. Tetapi seperti biasa Mbak Rocker selalu punya kemauan sendiri, dan dia mau ulang tahun di rumah saja. Baiklah, genduk sayangku... :)

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...