Skip to main content

Bye, Cus

Sudah sebulan ini saya tidak lagi mempekerjakan Cus Demi Moore. Ada banyak alasannya, namun saya sedang tidak ingin membahasnya. Yang terutama ingin saya bagi adalah, alangkah leganya (!) perasaan kami serumah setelah tidak lagi ada cus.

Benar, saya harus pontang-panting mengantar jemput anak sekolah dan kegiatan ini itu, mengecek tas dan bekalnya setiap pagi. Benar saya jadi harus membereskan mainan anak-anak, mengantar jemput mereka ke daycare dan segudang kerepotan lainnya, namun...


Saya jadi merasakan nikmatnya banyak hal.

Mungkin selama ini saya terlena dengan adanya bantuan cus dalam mengasuh anak-anak saya. Sekarang, alangkah ternyata nikmat menyuapi anak tiga kali sehari. Alangkah jadi semakin efektif saya bekerja di kantor karena saya tahu saya harus selalu pulang teng-go dan menjemput anak-anak yang sudah menanti saya di daycare.

Saya tidak pernah lagi kerja lembur. Si Racun Api tidak pernah lagi makan nugget karena saya selalu mengawasi apa yang dia makan. Anak-anak saya jadi lebih jarang sakit.

Dampak terhadap kemandirian anak-anak juga luar biasa. Hanya dalam waktu tiga hari setelah cus berhenti, si Racun Api lulus toilet training. Mereka melepas sepatu sendiri dan meletakkannya di rak sepulang sekolah. Mbak Rocker membantu saya menyepu, mengepel dan menjemur baju. Berdua mereka membantu saya memasak di dapur. 

Kami bertiga jadi sangat dekat dan kompak, apalagi saat Mr Defender keluar kota untuk dinas.

Mereka berdua juga jadi lebih sopan dan jarang bertengkar. Sungguh ini berkah yang luar biasa dan saya sangat mensyukurinya.

Ah, semoga begini terus....

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...