Skip to main content

Irisan Kecil Kebahagiaan

Bahagia itu sederhana, kata orang. Hidup nikmat itu gampang.

Sejak dulu saya suka membuat list hal-hal yang membuat saya senang, hal-hal yang pantas saya syukuri, dan semacamnya. Kadang isinya hal-hal besar, kadang juga hal kecil.

Awal tahun ini, saya memutuskan untuk kembali menulis hal-hal yang membuat saya senang dan saya syukuri, my thin slices of joy, semacam gratitude journal gitu, tetapi kali ini setiap hari. Benar-benar setiap hari. Biasanya begitu saya bangun pagi, sebelum mengerjakan apa pun, atau malam hari sebelum tidur.


Isinya sederhana saja. I'm thankful for a delicious lemon zest I made today. I'm thankful that my kids are bathed, fed, and now sleeping peacefully. I'm thankful that yesterday I madeit to the office on time. I really love Stitcher episode today. Hal-hal paling random, hal-hal yang sebelumnya tidak saya tulis ke dalam gratitude journal karena terlalu remeh temeh.

Ada yang bilang bahwa momen-momen dan hal-hal yang sederhana adalah yang membuat kita paling bahagia. Dan orang yang paling bahagia adalah orang yang paling banyak bersyukur. Benar juga lho, sejak saya mulai menulis irisan-irisan kecil kebahagiaan setiap hari, saya merasa semakin banyak kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang saya dapatkan. Dan bukankah hidup hanyalah sekumpulan kebahagiaan kecil? Bangun pagi di tengah hujan yang bikin adem, menyeduh teh melati yang hangat ditemani suara rintik yang mendamaikan. Segelas es krim vanilla di siang yang panas. Semangkuk indomi telur pakai rawit saat kita kelaparan di sore hari yang mendung. Pelukan anak-anak setelah seharian bekerja. Mandi air hangat dengan sabun favorit. Merebahkan badan di kasur yang spreinya baru diganti.

Hidup penuh dengan kebahagiaan kecil, di mana-mana, menunggu kita untuk menyadarinya.

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...