Saya percaya, semua orang, sekuat dan setegar apa pun kelihatannya dari luar, bahkan yang bisa menanggapi kritik pedas dengan kalimat selugas "pemahaman nenek lu" pun, punya batas. Punya saat-saat melting down, punya momen di mana dia merasa tidak berdaya dan ingin melambaikan tangan ke kamera (walaupun mungkin di luarnya tetap memasang poker face). Dan tentu saja itu adalah hal yang manusiawi, karena kelemahanlah yang membuat manusia bertumbuh menjadi lebih kuat.
Saat berada di titik terendah, semua orang tentu punya tempat melarikan diri. Beruntungnya mereka yang religius dan percaya bahwa ada kekuatan lebih besar di balik alam semesta, tentu selalu bisa melarikan diri kepada tuhannya. Mereka yang tidak dianugerahi iman sebesar itu, mungkin akan melarikan diri kepada yang lebih terasa keberadaannya: pasangan, sahabat, tali pancing atau media sosial. Walaupun media sosial sama absurdnya dengan ketuhanan.
Dan saya, saya beruntung memilikinya. Sepasang tangan yang selalu siap menangkap kapan pun saya terjatuh.
Saat berada di titik terendah, semua orang tentu punya tempat melarikan diri. Beruntungnya mereka yang religius dan percaya bahwa ada kekuatan lebih besar di balik alam semesta, tentu selalu bisa melarikan diri kepada tuhannya. Mereka yang tidak dianugerahi iman sebesar itu, mungkin akan melarikan diri kepada yang lebih terasa keberadaannya: pasangan, sahabat, tali pancing atau media sosial. Walaupun media sosial sama absurdnya dengan ketuhanan.
Dan saya, saya beruntung memilikinya. Sepasang tangan yang selalu siap menangkap kapan pun saya terjatuh.
Comments
Post a Comment