Tadinya saya berharap banyak dari buku ini, terutama karena ini adalah karya penulis yang menghasilkan mahakarya seperti Harry Potter. Tapi sejujurnya, buku ini bagi saya jauh dari menghibur, misalnya kita bandingkan dengan tulisan serupa dari Sidney Sheldon misalnya. Mungkin karena tidak ada tokohnya yang cukup animatif seperti Hercule Poirot atau Miss Marple. Mungkin karena entah kenapa saya tidak bisa bersimpati kepada salah satu pun tokohnya sehingga saya tidak peduli bagaimana nasib mereka dalam cerita. Bahkan sejujurnya saya menamatkannya hanya karena sayang saja sudah membeli ebooknya. Kurang greget, kurang seru, padahal bahasa bukunya tense banget sampai membacanya pun sedikit melelahkan.
Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...
Comments
Post a Comment