Tadinya saya berharap banyak dari buku ini, terutama karena ini adalah karya penulis yang menghasilkan mahakarya seperti Harry Potter. Tapi sejujurnya, buku ini bagi saya jauh dari menghibur, misalnya kita bandingkan dengan tulisan serupa dari Sidney Sheldon misalnya. Mungkin karena tidak ada tokohnya yang cukup animatif seperti Hercule Poirot atau Miss Marple. Mungkin karena entah kenapa saya tidak bisa bersimpati kepada salah satu pun tokohnya sehingga saya tidak peduli bagaimana nasib mereka dalam cerita. Bahkan sejujurnya saya menamatkannya hanya karena sayang saja sudah membeli ebooknya. Kurang greget, kurang seru, padahal bahasa bukunya tense banget sampai membacanya pun sedikit melelahkan.
Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...
Comments
Post a Comment