Skip to main content

Sekeras Baja, Selembut Sutra

Mbak Rocker, anakku.

Setiap kali mendengar orang lain bercerita tentangnya, hati saya selalu penuh dengan rasa bangga. Bukan atas prestasinya di sekolah atau eskul, tapi setiap cerita selalu membuat hati saya meledak oleh rasa cinta.

Di sekolah...
Tentang dia yang selalu mau membagikan bekalnya bahkan sampai terkadang dia tidak makan lauk karena habis dia bagikan. Sampai ibu guru melarang temannya meminta isi bekal Mbak Rocker, dan dia tetap akan bilang "nggak papa, masih banyak aku punya di rumah..."
Tentang dia yang selalu jujur saat pekerjaan rumahnya dibantu ibu, bahkan saat bu guru tidak menanyakan.
Tentang dia yang selalu berseri melihat bu guru dan selalu membuat hati guru-guru berbunga karena anakku sangat perhatian, selalu berterima kasih dan memeluk mereka penuh sayang.
Tentang dia yang kadang tidak diajak bermain, kadang bertengkar dan menyendiri tetapi tidak membuatnya kecil hati, karena menurutnya "aku mau sekolah bukan untuk main aja".

Di tempat drumband...
Tentang dia yang kecewa tidak terpilih menjadi mayoret namun selalu bersemangat menjadi penabuh snare drum, dan tidak sedikit pun menampakkan iri hati pada mayoret terpilih.
Tentang dia yang tak pernah lelah berlatih dan tak pernah merengek.
Tentang dia yang tidak peduli dengan juara dan piala "aku sudah senang bisa tampil"

Di tempat mengaji...
Tentang dia yang di awal masuk TPA sering sendiri karena paling kecil, tapi di rumah sama sekali tidak pernah menyebutkan kalau dia tidak punya teman, dan tetap berangkat mengaji dengan senang hati.
Tentang dia yang selalu mau meminjamkan sepeda kepada teman-temannya.
Tentang dia yang dengan senang hati memberikan jam yang baru dibelikan ayah kepada seorang anak yang bilang suka jamnya. Karena kata Mbak Rocker "aku masih punya jam lain di rumah, dia satu aja nggak punya".

Di tempat lomba...
Tentang dia yang ditanya mau hadiah apa kalau juara oleh juri, dan dijawab dengan "aku nggak perlu hadiah, aku sudah punya semua yang aku perlu"

Ah, menuliskan ini saja saya terharu... Anakku begitu kuat dan tangguh, sekaligus juga begitu lembut hatinya. Seringkali saya melihat sendiri terkadang dia dirundung atau tidak diterima di lingkungan baru, namun dia tidak menjadi kecil hati, dia anggap itu biasa kalau ada yang tidak mau berteman. Dan hebatnya dia tidak akan mundur dari apa pun hanya karena tidak diterima di lingkungan baru. Dia akan pada akhirnya diterima juga, dan ketika itu terjadi, dia tetap akan bersikap baik sekali kepada mereka yang pernah merundungnya.

Ah, Nak, mulia sekali hatimu, hingga ibu pun sering malu. Teruslah begitu...


Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...