Skip to main content

Obsesi

gambar dari sini

Tentang Mr Summer
Saya dan Mr Summer pernah saling tergila-gila. Mungkin kadarnya berbeda terhadap masing-masing. Mungkin juga Mr Summer bukan tergila-gila, tapi hanya sedang penasaran. Seperti anak kecil yang menginginkan mainan baru yang dipajang di etalase toko, lalu setelah mendapatkannya ia akan tidur dan makan dan mandi bersamanya berhari-hari tanpa mau sedetik pun lepas, untuk kemudian melupakannya seminggu kemudian. Mungkin. Tapi saya lebih senang membayangkan (dan meyakini) bahwa waktu itu perasaan kami sesederhana ini: saling cinta. Walaupun cinta tak pernah sederhana.

Tentang Musim Panas Abadi
Barangkali semua benda yang nampak maupun tak nampak punya masa kadaluarsa. Juga dengan cinta. Juga dengan ketertarikan. Ada yang terus dimiliki biarpun sudah kadaluarsa, ada yang terlepas dari tangan sekalipun masanya masih lama. Maka tibalah kami di hari itu. Hari di mana saya akhirnya dipaksa melihat, dan mengakui, bahwa perasaan Mr Summer untuk saya tak lagi sama. Atau barangkali perasaannya memang selalu sama, hanya saja kami tak menyadarinya. Bahwa mungkin hatinya tidak benar-benar pernah menjadi milik saya. Entahlah.

Mengetahui bahwa laki-laki yang kita cintai memendam cinta untuk perempuan lain itu, saya pikir rasanya memuakkan. Namun ternyata tidak. Rasanya sakit, namun entah mengapa masih indah. Juga walaupun dia berbohong dan mengingkari janji dan kata-katanya sendiri. Tapi entah kenapa saya tak bisa benci. Yang saya lakukan hanyalah bertanya pada diri sendiri, apa kekurangan saya dibandingkan perempuan itu. Walaupun saya tahu perasaan tidak bisa dipaksakan.

Saya yakin Mr Summer memiliki hati yang hanya untuk saya. Atau akhirnya akan menjadi hanya milik saya. Kalaupun saat itu dia mencintai gadis lain, saya meyakinkan diri bahwa itu semu. Bahwa nantinya ia pasti akan menjadi hanya milik saya, karena saya yakin tidak ada orang yang bisa mencintainya lebih dari saya. Kami diciptakan untuk satu sama lain. Dan saya yakin nantinya dia akan menyadari itu dan mengejar saya balik. Saya yakin hanya bersama saya dia akan bahagia.

Keyakinan itu membuat saya mengingkari banyak hal. Saya menjadi tidak bisa melihat bahwa Mr Summer mencintai orang lain, dan orang lain itu juga mencintainya, dan walaupun saya menjadi pihak yang dicurangi, namun saya harus tetap menghormati itu. Dan siapa yang bisa membenci dua orang yang begitu saling cinta?

Tentang Apa yang Saya Sesali
Saya menyesal karena sebentuk cinta itu telah berubah menjadi obsesi. Saya menyesali titik di mana saya tidak bisa menerima kenyataan. Tidak menghormati perasaan orang lain, bahkan meskipun orang itu menyakiti saya. Dan sebenarnya dia tidak menyakiti saya. Sayalah yang menyakiti diri saya, dan membiarkan dia menyakiti saya. Obsesi sayalah yang menyakiti saya. Obsesi juga menjadikan saya manusia yang tidak menghormati diri sendiri. Mengiba cinta orang lain dan menyalahkan orang lain atas ketidakbahagiaan saya. Membenci dia yang mendapatkan apa yang saya inginkan.

Ya, ketika itu saya membencinya. Perempuan itu. Kini setelah tahun berlalu dan saya sedikit terdewasakan, bisa saya mengerti bahwa dia hanya menjalani garis hidupnya. Bahwa kebetulan saya tersakiti oleh lintasannya, itu bukan kehendaknya.

Saya menyesal karena pernah membuat diri saya hanya menjadi figuran dalam kehidupan saya sendiri.

Tentang Apa yang Saya Lepaskan, Saya Rindukan, dan Kini Saya Syukuri
Hidup bertahun-tahun dalam sebuah obsesi itu menyesakkan. Saya tak tahu lagi apakah saya sungguh menginginkannya atau semua itu hanya keinginan menang semata.

Entah di titik mana saya disadarkan, namun akhirnya saya tahu bahwa saya telah melewati itu semua, dan melepaskan obsesi saya. Sungguh, bukan waktu yang menyembuhkan. Bertahun-tahun berlalu dan obsesi itu tetap tinggal. Namun, di detik ketika saya memutuskan saya ingin melepaskan, detik itu juga ia terbang, menguap bersama udara. Dan saya merasa lapang.

Saya merasa bahagia, bahwa saya dulu mencintainya. Dan kami pernah punya kisah yang manisnya terasa hingga kini, dan pasti akan lebih manis lagi nanti, ketika kami kebetulan bertemu di usia setengah abad untuk mengenang masa lalu, sebagai teman baik. Saya merasa ringan, bahwa saya bisa melepaskan tanpa melupakan. Bahwa saya bisa mengenang genggaman tangannya sama seperti mengenang rasa ketika pertama kali naik sepeda. Dia adalah bagian dari kisah hidup saya, dan itu tidak bisa saya ubah. Peristiwa akan tetap tinggal, kitalah yang terus berubah.
Semoga hidup selalu manis padamu, hai pria musim panasku.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku