Skip to main content

Perempuan Berkalung Sorban


Idul Adha kemarin saya habiskan di rumah orangtua teman saya (yang sudah saya anggap om dan tante sendiri) di Balikpapan, karena Mr Defender pulang ke Pulau Jawa untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga besarnya. Sesiangan itu saya nonton film Perempuan Berkalung Sorban yang diputar di SCTV. Dan... saya sangat menyesal kenapa dulu nggak nonton film ini ketika diputar di bioskop, atau minimal menontonnya setelah DVD-nya keluar. Telat banget, ahahahaha.

Sebenarnya ada beberapa alasan kenapa waktu itu saya nggak tertarik nonton film ini. Pertama, judulnya norak. Dan dari judul itu saya menyimpulkan film ini paling-paling kayak Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih, yaitu film-film cinta yang (menurut saya loh) nggak beda sama film-film chicklit macam Eifell I'm in Love atau Dealova, bedanya cuma Parisnya diganti Mesir dan Shandy Aulia diganti Oky yang berkerudung. Film yang sama sekali nggak meninggalkan bekas apa-apa di hati setelah menontonnya. Jadi, saya bikin sumpah darah sama diri sendiri nggak akan menghamburkan uang untuk nonton film beginian di bioskop.

Kedua, poster filmnya juga membuat saya menyimpulkan bahwa film ini mirip-mirip film Ayat-Ayat Cinta. Dan ketiga, pemainnya Revalina, yang membuat saya agak curiga film ini akan berasa sinetron yang penuh kalimat-kalimat yang hanya mungkin ditemukan dalam buku, yang bahkan Aa Gym sekalipun tidak akan memakainya di dalam tabligh-nya saking tidak real-nya kalimat itu. Haha, jahat ya saya menghakimi film ini.

Tapi ternyata, Perempuan Berkalung Sorban tidak seperti itu. Film ini lumayan bagus, apalagi ide awalnya, yaitu tentang perempuan yang merasa Islam itu tidak adil terhadap perempuan, lalu berusaha protes dengan caranya sendiri, namun terhalang oleh cinta kasih dan baktinya kepada orangtua. Cerita setelah Revalina dan Oka Antara mau dirajam mending di-skip aja, ya-sudahlah-yaaa, yang penting dari awal film sampai pas adegan Reva dirajam itu saya suka. Dan film ini memang agak lebay sih endingnya, tapi saya suka karena sebenarnya ini film tentang budaya (agama termasuk budaya juga kan ya), bukan film dakwah (atau film cinta pakai embel-embel dakwah). Film ini mengingatkan saya pada My Big Fat Greek Wedding, dan film apa saya lupa judulnya tentang seorang gadis India muslim yang pacaran backstreet, walaupun tema yang diusungnya lebih berat, dan bisa dibilang sensitif (apalagi buat khalayak Indonesia yang sumbunya pendek :D). 

jadi penasaran sama film '?' yang juga dibuat oleh Hanung dan katanya dilarang itu.

Comments

  1. aku suka film ini. yah, selain merasa mirip2 ma Reva #mo muntah? wajar :))...kata adikku, bukunya bagus :D

    film '?' punya Hanung itu? aku suka settingnya, semarang kota lama :D. ceritanya lumayan, cuma nggarap endingnya kukira agak maksa hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Tanpa Alasan Khusus

Sebagai penjelasan yang (mungkin) ditunggu oleh teman-teman yang kemarin sempat tahu bahwa kami, saya dan Mr Defender, sedang mempersiapkan pernikahan (dan menanti undangan yang tak kunjung datang) maka saya merasa perlu memberitahukan bahwa kami sepakat untuk menunda menikah dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau di antara teman-teman ada yang bertanya mengapa, atau lebih tepatnya ada apa, maka kami akan menjawab, tidak ada apa-apa. Pernikahan, memang kami tunda, tapi bukan karena alasan finansial (walaupun ya, saya dan dia memang kebetulan sama-sama sedang dalam kondisi finansial kurang bagus), bukan karena ada masalah dengan keluarga (bukan berarti masalah itu tidak ada, tapi bukan itu penyebab tertundanya pernikahan kami), juga bukan karena kami mendadak tidak yakin pada satu sama lain. Kami menunda karena belum siap (klise bukan). Atau tepatnya belum ingin. Tentu saja kami masih saling mencintai dan ingin menikah, suatu hari nanti. Tapi sekarang, kami merasa cukup nyaman ...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...