Skip to main content

Mbak Rocker dan Sekolah

Sejauh umurnya yang dua tahun lebih sedikit ini, Mbak Rocker sudah beberapa kali mengalami 'sekolah'. Yang pertama di TPA nya dulu di Samarinda yang juga memiliki kelas PAUD. Kemudian ketika tiba di Tarakan, kami 'menyekolahkan' dia di sebuah daycare montessori. Awalnya Mbak Rocker bahagia sekolah di situ, dan saya juga merasa cocok dengan metode pendidikan di situ. Mainannya banyak dan edukatif, buku-bukunya bagus, pengasuhnya bagus, pemiliknya juga sangat berpengalaman di dunia PAUD dan montessori. Cocok banget lah walaupun agak mahal.

Tapi semua berubah setelah negara api menyerang, hehehe... Tiba-tiba ada serombongan anak dari US dan Australia yang pindah dan bersekolah di situ, dan tentu saja mereka berbahasa Inggris. Karena Mbak Rocker merasa terkucilkan tidak bisa berinteraksi dengan mereka, akhirnya Mbak Rocker memutuskan untuk berhenti sekolah. Ya sudah, kami tidak mau memaksakan karena usianya juga masih terlalu muda untuk sekolah tiap hari.

Saya sendiri sebenarnya cukup santai dengan sekolah anak-anak, bahkan saya berencana menyekolahkan mereka langsung ke TK saja nanti saat usianya lima tahun. Tetapi kemudian Mbak Rocker punya rencana lain, anak ini memang bukan main ajaibnya. Setelah kurang lebih dua bulan berhenti sekolah, Mbak Rocker mengajukan 'proposal'nya: mau sekolah di sebuah Kelompok Bermain yang berjarak dekat dari rumah kami. Baiklah, kami ikuti saja karena ini maunya sendiri dia sekolah.

Beberapa hari sekolah, masih on off banget dia, kadang masuk, seringnya nggak mau masuk. Seperti yang saya terapkan sebelumnya, ya sudah, saya tidak mau memaksakan. Biarlah nanti pada waktunya dia mau sekolah dengan teratur. Yang penting dia senang dan semangat sekolah, walau seminggu cuma dua tiga kali masuk. Semoga senang kamu menuntut ilmu ya, Nak...

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...