Skip to main content

Di Balik Foto Keluarga yang Sempurna

Setiap melihat foto anak-anak saya di Instagram, saya sering banget mendapatkan komentar semacam "how cute!" atau "envy" atau "perfect family". Memang ya, kalau lihat foto anak-anak saya yang lagi imut lucu nggemesin gitu kayaknya kehidupan sempurna ya. Apalagi sewaktu saya masih usaha katering rantangan, duh kayaknya semua orang merasa kehidupan saya kayak "having-it-all-together" deh. Kenyataanya? Yuk mari take a peek of my (morning) life back then:

Jam 4
Biasanya saya sudah bangun. Anggaplah ini hari sibuk saya di mana saya ada pesanan nasi kotak untuk siang, maka saya akan memulai hari dengan memasak nasi dan sayur serta lauk isian nasi kotak yang sudah saya siapkan dari malam sebelumnya. Sambil nunggu matang sambil nyesep teh hangat.


Jika hidup saya diinstagramkan saat ini: I am Astri Nugraha, hahahaha....



Jam 5
Saya sudah selesai masak sayur lauk dan istirahat sebentar, biasanya anak-anak sudah bangun dan teriak-teriak sambil keliling rumah. Galuna ngompol dan pospak Sheva waktunya diganti, tapi mereka (pastinya) menolak dan berlarian ke mana-mana. Jam segini ART biasanya bangun, lalu setelah mandi dia mengambil alih anak-anak sebentar.


Jika hidup saya diinstagramkan sekarang: Live is good and I woke up like to this beautiful mess...

Jam 6
Rumah udah berantakaaan banget, padahal anak-anak baru bangun sejam. Padahal ini waktunya masukin nasi dan lauk sayur ke dalam kotak untuk diantar. Kakak teriak minta mandi, adik teriak minta makan, dua-duanya nggak mau lagi dipegang ART, mau dimandiin ibu, mau disuapin ibu. Ibu ibu ibuuu!!! Lalu dari dalam kamar ada suara barang jatuh yang bikin suami bangun. Ah, alhamdulillah deh suami bangun, ada yang bisa dimintain tolong jaga anak-anak sementara nyusun nasi kotak... ah tapi berarti juga harus bikinin teh hangat dan lemon madu nih!


Jika hidup saya diinstagramkan sekarang: Someone please help!!! Send me some xanax.

Jam 7
Entah bagaimana akhirnya kakak dan adik selesai mandi dan makan (dan membuat lantai kotor di mana-mana), nasi selesai dikotakin dan diambil sama kurir, fiuhhh... Akhirnya bisa mandi? Eits nanti dulu... siapin sarapan dan baju kerja suami dulu. Dandan? Eh apa itu dandan ya? Asal nyambar baju di tumpukan paling atas. Bentar lagi harus berangkat kantor!


Jika hidup saya diinstagramkan sekarang: SOS!

Jam 8
Semua siap, kakak masuk mobil, suami sudah nunggu di mobil sementara ibu masih ditarik-tarik roknya oleh adik yang drama nggak mau ditinggal ke kantor. Ya Tuhan, telat deh. dipotong deh gaji gue. disetrap deh anak gue. Tapi dengan segala drama, akhirnya bisa ngedrop kakak di sekolah dan sampai kantor dengan selamat.


Jika hidup saya diinstagramkan sekarang: Oh yes I'm having it all together.

Jadiii.... dari 4 jam pertama kehidupan sehari-hari saya, cuma di awal dan akhir aja sebenernya dunia tampak sempurna :D tiga jam di antaranya, jika diabadikan akan jadi momen mengerikan :D dan daftar di atas akan berulang dalam enam belas jam ke depan sampai waktunya saya tidur :)

Comments

  1. LOL foto2nya pas banget Laaann... Bener banget sih, mamahku juga dulu kaya kamu, di balik having it all together tuh banyak hal yg messy, banyak peres keringet (dan kadang air mata) tapi in the end it's all worth it yaa... Jiayou, mama keren!

    ReplyDelete
  2. Astrid, thank you for dropping by ya heheheh... iya kan bangett... :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Tanpa Alasan Khusus

Sebagai penjelasan yang (mungkin) ditunggu oleh teman-teman yang kemarin sempat tahu bahwa kami, saya dan Mr Defender, sedang mempersiapkan pernikahan (dan menanti undangan yang tak kunjung datang) maka saya merasa perlu memberitahukan bahwa kami sepakat untuk menunda menikah dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau di antara teman-teman ada yang bertanya mengapa, atau lebih tepatnya ada apa, maka kami akan menjawab, tidak ada apa-apa. Pernikahan, memang kami tunda, tapi bukan karena alasan finansial (walaupun ya, saya dan dia memang kebetulan sama-sama sedang dalam kondisi finansial kurang bagus), bukan karena ada masalah dengan keluarga (bukan berarti masalah itu tidak ada, tapi bukan itu penyebab tertundanya pernikahan kami), juga bukan karena kami mendadak tidak yakin pada satu sama lain. Kami menunda karena belum siap (klise bukan). Atau tepatnya belum ingin. Tentu saja kami masih saling mencintai dan ingin menikah, suatu hari nanti. Tapi sekarang, kami merasa cukup nyaman ...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...