Skip to main content

Tahun Kelima

Kemarin kami merayakan hari jadi pernikahan yang keempat. Artinya tahun ini kami menjalani tahun pernikahan yang kelima. Konon tahun kelima memasuki tahapan yang kritis dalam sebuah pernikahan, di mana akan banyak godaan dan cobaan. benarkah begitu? Kita lihat saja nanti setahun ke depan.


Seperti biasa kami tidak pernah membuat perayaan yang khusus. Tidak ada hadiah, cuma kue dan makan malam berdua di rumah saat anak-anak bersama Cus. Tidak ada obrolan panjang dan mendalam juga, karena kami berdua sedang sama-sama lelah, hahahaha... Jadi makan malam santai kemarin benar-benar santai, cuma ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati hidangan spesial hari jadi pernikahan.

Kalau menilik tahun-tahun ke belakang, pernikahan kami sebenarnya jauh lebih tidak stabil di tahun awal di mana kami masih berjuang dengan berbagai pengobatan untuk penyakit ibu mertua saya, mencoba mengumpulkan aset, dan kehamilan pertama. Namun sejak kehadiran Mbak Rocker dan disusul dengan si Racun Api, segalanya terasa lebih stabil dan mantap. Apakah anak-anak menguatkan ikatan pernikahan? Mungkin. Semoga.

Saya jarang menanyakan kepada Mr Defender apakah saya sudah menjadi istri seperti yang dia harapkan. Dan apa yang dia harapkan kepada saya untuk diubah, dikurangi, atau ditambahkan. Kami memang bukan tipe pasangan yang seperti itu sih. Seringnya saya cuma bertanya apakah saya cantik atau apakah saya sudah langsingan atau apakah saya awet muda. Dangkal sekali, ya?

Bagaimana dengan saya sendiri?

Bisa dibilang, saya tidak punya harapan apa-apa pada Mr Defender. He is everything I need and I don't want him any other way. But if he changes, it's fine because people grow and evolve. And so will I. Nothing in this world stay the same.

But what was, is still. Joyeux anniversaire, mon amour.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku