Skip to main content

Hidup Adalah...

... serangkaian kejadian acak, mungkin kau bisa bilang. Seperti menjalani masa SMA yang sulit namun menemukan beberapa teman yang membuatmu merasa dimengerti. Masuk salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, mendapat beasiswa bergengsi ke negeri impian, bekerja di tempat yang dulu hanya bisa kaupandang dengan iri. Terlempar ke kota lain, pindah ke pulau lain. Menjalani kisah cinta yang indah. Patah hati. Bertemu orang baru dan menjalin kisah baru. Gagal dalam sebuah audisi. Tidak mendapatkan jabatan yang kauinginkan. Ditinggalkan teman. Merugi dalam bisnis.

Hidup hanyalah menunda kekalahan, kata Chairil Anwar yang diamini oleh Banda Neira. Seperti engkau tahu bahwa pada akhirnya hubungan ini akan berakhir juga, namun engkau terlalu buta untuk menerima. Seperti engkau tahu bahwa dia yang kaucintai setengah mati tidak membalas perasaanmu, namun engkau masih berharap pada seutas kata seandainya. Seperti engkau tahu bahwa kau muak kepada pekerjaan ini namun kau membutuhkannya untuk membayar tagihanmu setiap bulan. Engkau tahu posisi itu di luar jangkauan namun kau tetap berjalan ke sana. 

Tapi hidup juga serangkaian pilihan. Dan di sanalah engkau membuat perbedaan. Saat engkau memilih untuk bertahan sebentar lagi dan akhirnya satu dua kawan menyapa. Seperti engkau memilih untuk mendaki dan berjalan dan memanjat lalu kautemukan beberapa sahabat seumur hidupmu. Seperti kaubiarkan dirimu mencintai walaupun hatimu sakit, namun pada akhirnya kau belajar sesuatu, bahwa segalanya sudah digariskan. Dan kaubiarkan dirimu merasakan getirnya kegagalan, karena dari sanalah engkau bertumbuh.

Comments

Popular posts from this blog

Lekas Sembuh, Bumiku

Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

Tahun untuk Berjuang

Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...