Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

She's Come Undone

Saya baru tahu buku ini karena Oprah, tapi buku ini bagus dan membuat saya berpikir tentang diri saya sendiri, waktu-waktu di mana saya menghabiskan waktu di depan TV makan keripik kentang dan minum pepsi persis seperti Dolores. Buku ini membuat saya patah hati tapi juga menyelipkan harapan, membuat perasaan saya teraduk-aduk mengingat saat-saat paling down dalam hidup saya. Dan buku ini juga mengajarkan bahwa kita harus bangkit, sendiri, karena begitulah hidup ini.

raising snowflakes

Konon katanya, orang tua zaman sekarang jauh lebih berpikiran terbuka dibandingkan para orang tua di zaman kita kecil dulu. Orang tua zaman sekarang juga lebih demokratis dalam mendidik anak, mau mendengarkan pendapat anaknya, lebih tidak pelit memuji, dan tidak menghukum anak sebagai metode pendidikan seperti yang sering dilakukan orang tua kita dulu. Nampaknya ideal sekali, ya? Lalu apakah hasil didikan orang tua yang berpikiran lebih terbuka ini lebih baik? Mungkin. Tapi sekarang, kadangkala, saya menemukan diri sendiri kuatir dengan cara saya mendidik anak-anak (yang kurang lebih sama ajalah dengan cara orang tua jaman sekarang: sedikit memarahi, berusaha banyak memuji dan mengerti). Seringkali saya bertanya, apakah saya tidak terlalu memanjakan anak-anak? Apakah saya tidak kurang tegas? Apakah saya terlalu banyak memuji dan seharusnya lebih mengkritik? Saya sering mendapati diri saya tidak setuju dengan memuji anak apa pun hasilnya. Sebab, jika hasil jelek pun dipuji, bag...

Nyes di Hati

Bulan lalu, saya bersama beberapa teman dari Komunitas Jendela Nusantara melakukan perjalanan ke salah satu pulau terluar di utara Indonesia. Perjalanan ini merupakan kelanjutan dari program mengajar mereka di daerah tertinggal. Saya membawa kedua krucil saya, Mbak Rocker dan si Racun Api, dengan kapal sungai, dilanjut perjalanan darat dan kapal kecil. Perjalanan kali ini sangat berkesan bagi saya terutama karena saya membawa dua buah hati saya. Walaupun saya sering mengikuti acara semacam ini sejak kuliah, namun pergi bersama dua anak kali ini sangat berbeda. Bukan terutama karena kerepotan di perjalanan, namun perjalanan ini banyak menyisakan nyes di hati. Nyes melihat kondisi pendidikan di perbatasan baik dari segi sarana prasarana, ketiadaan guru-guru, maupun kurikulum pendidikan yang belum jelas karena pengajar saja nggak ada. Nyes melihat betapa timpangnya pembangunan di daerah perbatasan dibandingkan dengan Pulau Jawa. Nyes melihat masih banyaknya penduduk Indonesia yang ta...