Tujuhbelasan ini anak-anak saya yang sudah mengerti sedikit bahwa tiap tujuhbelasan ada berbagai perayaan, ikut meramaikan hari ulangtahun kemerdekaan dengan segenap keriaan. Mulai dari ikutan berbagai rangkaian acara di sekolah dampai berpartisipasi di acara tujuhbelasan di RT kami yang setiap tahunnya meriah. Kalau tahun-tahun sebelumnya anak-anak saya cuma bisa menonton, di tahun ini mereka sudah ikut berbagai macam lomba. Lomba lari kelereng, memasukkan jarum ke dalam botol, makan kerupuk, balap karung dan aneka lomba khas hari kemerdekaan lainnya, semuanya mereka ikuti.
Nggak tanggung-tanggung, pulang dari gelanggang tujuhbelasan, anak-anak saya membawa hadiah banyak sekali. Sampai di rumah mereka masih dengan keringat berleleran seperti habis membajak sawah, bercerita dengan bangganya betapa mereka menang ini itu. Di sana juga mereka makan, karena memang disediakan makanan prasmanan seperti sedang hajatan, lengkap dengan aneka jajanan ringan dan minuman sirup aneka rasa.
Melihat keceriaan mereka, saya jadi bernostalgia peringatan kemerdekaan di masa saya kecil dulu yang kurang lebih sama. Beraneka macam lomba yang dibagi per tingkatan usia, dan biasanya tidak selesai cukup sehari saja melainkan ada babak penyisihan sampai final. Seru sekali. Semua orang rasanya ikut nonton di balai desa, setiap sore sudah akan ramai. Di puncak acara akan ada penyerahan hadiah dan panggung gembira dengan aneka hiburan tari, gerak dan lagu sampai karaoke. Kadang malahan ada ketoprak atau wayang kulit segala.
Menjelang tujuhbelasan biasanya selain ada aneka lomba, suasana kampung juga meriah. Setiap rumah wajib memasang bendera. Kampung dihias dengan umbul-umbul aneka warna dan pita merah putih di mana-mana. Di kantor-kantor pemerintahan dipasang lampu kelap kelip seperti yang biasa dipakai untuk menghias pohon natal. Terasa sekali suasana merayakan peringatan kemerdekaan, suasana bersukacita.
Lalu ketika saya tumbuh remaja sampai kuliah, suasana menjadi tak se-meriah itu. Bahkan bendera saja tak selalu terpasang di semua rumah. Saya sampai bertanya-tanya, kenapa?
Katanya sih jaman orde baru dulu memang selalu ada instruksi presiden agar acara peringatan ulangtahun kemerdekaan dirayakan dengan meriah. Lalu kenapa setelah-setelahnya tidak ada? Apakah acara tujuhbelasan dianggap kurang penting sehingga tidak perlu dirayakan dengan meriah? Atau mungkin dianggap pemborosan yang nggak ada esensinya?
Padahal ya, acara tujuhbelasan itu semacam pesta rakyat yang seru, di mana semua orang di satu kampung, besar kecil, tua muda, apapun keadaan ekonominya berkumpul bersama merayakan kebersamaan saat ulangtahun kemerdekaan. Apalagi kalau semua keluarga wajib ikut, RT nya aktif mengajak warga, kan seru juga. Uang untuk acara toh juga dikumpulkan swadaya warga, semampunya dan seikhlasnya.
Saya senang sekali dua tahun terakhir ini bisa menyaksikan lagi acara tujuhbelasan yang meriah. Entah karena presiden yang sekarang memang juga mengisntruksikan demikian, atau karena saya memang beruntung tinggal di tempat di mana penduduknya masih senang merayakan acara ulangtahun kemerdekaan. Yang jelas saya bangga anak-anak saya bisa merasakan aneka lomba khas tujuhbelasan di kampung, yang semoga masih akan mereka rasakan terus di tujuhbelasan yang akan datang.
Akhirnya, selamat tujuhbelasan, selamat ulangtahun kemerdekaan. Dirgahayu! Merdeka!
Nggak tanggung-tanggung, pulang dari gelanggang tujuhbelasan, anak-anak saya membawa hadiah banyak sekali. Sampai di rumah mereka masih dengan keringat berleleran seperti habis membajak sawah, bercerita dengan bangganya betapa mereka menang ini itu. Di sana juga mereka makan, karena memang disediakan makanan prasmanan seperti sedang hajatan, lengkap dengan aneka jajanan ringan dan minuman sirup aneka rasa.
Melihat keceriaan mereka, saya jadi bernostalgia peringatan kemerdekaan di masa saya kecil dulu yang kurang lebih sama. Beraneka macam lomba yang dibagi per tingkatan usia, dan biasanya tidak selesai cukup sehari saja melainkan ada babak penyisihan sampai final. Seru sekali. Semua orang rasanya ikut nonton di balai desa, setiap sore sudah akan ramai. Di puncak acara akan ada penyerahan hadiah dan panggung gembira dengan aneka hiburan tari, gerak dan lagu sampai karaoke. Kadang malahan ada ketoprak atau wayang kulit segala.
gambar dari sini |
Menjelang tujuhbelasan biasanya selain ada aneka lomba, suasana kampung juga meriah. Setiap rumah wajib memasang bendera. Kampung dihias dengan umbul-umbul aneka warna dan pita merah putih di mana-mana. Di kantor-kantor pemerintahan dipasang lampu kelap kelip seperti yang biasa dipakai untuk menghias pohon natal. Terasa sekali suasana merayakan peringatan kemerdekaan, suasana bersukacita.
Lalu ketika saya tumbuh remaja sampai kuliah, suasana menjadi tak se-meriah itu. Bahkan bendera saja tak selalu terpasang di semua rumah. Saya sampai bertanya-tanya, kenapa?
Katanya sih jaman orde baru dulu memang selalu ada instruksi presiden agar acara peringatan ulangtahun kemerdekaan dirayakan dengan meriah. Lalu kenapa setelah-setelahnya tidak ada? Apakah acara tujuhbelasan dianggap kurang penting sehingga tidak perlu dirayakan dengan meriah? Atau mungkin dianggap pemborosan yang nggak ada esensinya?
Padahal ya, acara tujuhbelasan itu semacam pesta rakyat yang seru, di mana semua orang di satu kampung, besar kecil, tua muda, apapun keadaan ekonominya berkumpul bersama merayakan kebersamaan saat ulangtahun kemerdekaan. Apalagi kalau semua keluarga wajib ikut, RT nya aktif mengajak warga, kan seru juga. Uang untuk acara toh juga dikumpulkan swadaya warga, semampunya dan seikhlasnya.
Saya senang sekali dua tahun terakhir ini bisa menyaksikan lagi acara tujuhbelasan yang meriah. Entah karena presiden yang sekarang memang juga mengisntruksikan demikian, atau karena saya memang beruntung tinggal di tempat di mana penduduknya masih senang merayakan acara ulangtahun kemerdekaan. Yang jelas saya bangga anak-anak saya bisa merasakan aneka lomba khas tujuhbelasan di kampung, yang semoga masih akan mereka rasakan terus di tujuhbelasan yang akan datang.
Akhirnya, selamat tujuhbelasan, selamat ulangtahun kemerdekaan. Dirgahayu! Merdeka!
Comments
Post a Comment