Skip to main content

Selamat Tahun Baru

Di akhir tahun lalu, saya sempat berpindah tempat menulis. Bukan hanya berpindah tempat, sebenarnya, tetapi secara keseluruhan saya mengubah apa yang saya tulis, karena... yah karena. Just because. Sebelumnya saya merasa bahwa tulisan di blog ini kurang positif, dan saya ingin menjadi orang yang lebih positif, lebih ceria, menuliskan hal yang lebih bermanfaat apalagi karena sekarang saya telah menjadi istri dan ibu. Jadi menulislah saya tentang berbagai hal itu: tentang bagaimana menjadi seorang ibu.

Lalu saya menyadari bahwa blog baru saya tidak mencerminkan diri saya. Saya merasa menulis apa yang tidak saya minati. Tentu apa yang saya tulis itu nyata dan tidak palsu: saya menulis tentang traveling, tentang tips-tips memerah ASI dan hal kekinian lain berdasarkan apa yang saya alami, namun tetap saja itu bukan diri saya. Diri saya, tidak akan menulis hal-hal seperti itu, karena... yah karena. Dan lagipula, bukankah sudah banyak tulisan bermanfaat seperti itu, tidak ada orang lain yang membutuhkannya dari saya, kok.

Dan saya sadar: kemarin itu saya menulis untuk orang lain. Saya tidak seharusnya begitu. Seharusnya saya menulis apa pun yang saya inginkan, menulis apa yang menggerakkan saya, menulis apa yang bermakna untuk saya. Walaupun isinya cuma kegalauan, hahaha, setidaknya itu kegalauan yang jujur, bukan hal-hal yang saya kira berguna dan akan disukai orang namun sebenarnya kosong. Untuk apa menulis jika kita tidak menikmatinya.

Jadi, saya akan kembali menulis di sini dan menulis hal-hal yang saya sukai.

Selamat menyongsong matahari 2017, teman-teman.


Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,

Mau Jadi Apa?

Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita

Kurikulum

Suatu sore, saat saya sedang pusing mengatur jadwal les dan jadwal belajar anak-anak, seorang sahabat lama menyapa lewat pesan singkat. Saya belum sempat membacanya hingga sejam kemudian, karena mengatur jadwal dan kurikulum ekstra anak-anak ini sungguh menguras waktu, energi, dan pikiran. Mengapa? Karena sejak anak masuk sekolah tiba-tiba saya jadi berubah mirip Amy Chua yang ingin anaknya bisa segala hal. Apalagi Mbak Rocker nampak berminat dengan semua kegiatan: main piano, renang, bahasa Inggris dan Mandarin, melukis, taekwondo... Belum lagi hal lain yang tidak dipilihnya namun wajib dilakukan karena dia harus bisa: mengaji, berbahasa Arab dan Jawa, memasak dan berkebun hahaha... semuanya harus dijadwalkan. Kalikan dengan tiga anak, maka habislah waktu ibu mengatur jadwal (serta mengantar jemput). 'Kurikulum' anak-anak memang lumayan padat. Kembali ke pesan singkat teman saya tadi. Dia mengirim pesan panjang yang berisi keluh kesah kehidupan rumah tangganya. Saya cuku