Skip to main content

yang kudoakan dengan ikhlas

gambar dari sini

Dulu, di blog lama, rasanya saya pernah menulis panjang lebar secara komprehensif tentang mantan-mantan saya di masa lalu (ebuset deh mantan-mantan, berasa Liz Taylor). Entah mengapa akhir-akhir ini saya sering terserang "memory attack" -itu istilah jadi-jadian saya untuk menyebutkan kenangan masa lalu yang tiba-tiba muncul karena secara kebetulan saya mengalami sesuatu hal yang berhubungan dengan masa lalu itu. Sesuatu itu bisa jadi sebuah film, sepotong lirik lagu, atau hanya bau parfum seseorang yang kebetulan lewat. Lalu, saya jadi membayangkan, gimana ya kalau bertahun-tahun lagi saya nggak ingat apa pun tentang mantan yang ini (bahkan mungkin untuk mengenang wajahnya saja saya butuh waktu beberapa menit, seperti Watanabe Toru dalam Norwegian Wood).

Akhirnya, saya memutuskan bahwa ada banyak hal yang saya ingin ingat dari hubungan saya dengan mantan-mantan saya. Biarlah kenangan manis menjadi film yang saya suka untuk diputar ulang dan kenangan menyedihkan menjadi pembelajaran dan pengalaman yang memperkaya hidup saya.

Jadi, saya ingin menuliskannya. Semuanya, yang masih saya ingat hingga saat ini. Tanpa menyebut nama atau tanggal kejadian secara spesifik, agar tidak membuat orang menebak-nebak.

Ada seseorang yang selalu ingin saya ingat setiap kali saya menyebutkan 'mantan'. Bahkan sesungguhnya saya tidak ingin menyebutkan mantan. Mr Backpack. Dia adalah orang yang mengajari saya banyak hal. Orang yang akan selalu saya kagumi, hormati, dan sayangi. Orang yang selalu saya doakan kebahagiaannya, bersama siapa pun dia sekarang, dan orang yang kebahagiaannya adalah kebahagiaan saya juga.

Jangan salah mengartikan kalimat saya sebelumnya sebagai kalimat patah hati-putus asa seseorang yang ditolak. Tidak. Saya mengucapkannya dengan besar hati, bahkan saat kemungkinan kami kembali bersama masih terbuka lebar. Yang bisa saya katakan adalah, mungkin benar cinta sejati tidak harus memiliki, mungkin bahkan mereka tidak perlu dan tidak ingin memiliki. Dan cinta sejati tidak harus antara laki-laki dan perempuan yang dimabuk asmara bukan?

Jadi, saya menganggapnya apa sekarang, setelah masa percintaan lewat? Sahabat? Mungkin tidak. Kakak, saudara? Entahlah. Saya lebih suka menyebutnya orang yang pernah (dan selalu) saya sayang. Yang entah karena apa tak bisa menjalani sisa hidupnya bersama saya, seperti yang pernah kami impikan. Yang diperkenalkan alam semesta kepada saya, lalu ditumbuhkannya perasaan sayang, lalu diciptakannya jalanan panjang untuk kami lewati bersama, lalu akhirnya dipisahkannya kami pada sebuah persimpangan. Tanpa air mata, tanpa dendam. Hanya cinta, dan terimakasih yang dalam.

Apa? Kau tanya kenapa kami berpisah? Tidakkah penjelasan dipisahkan oleh alam semesta sudah cukup? Kita tidak harus selalu bertanya. Dan alam tidak harus memberikan penjelasan untuk semuanya.

Comments

Popular posts from this blog

sepatu

Pengakuan. Saya (pernah) punya lebih dari 50 pasang alas kaki. Terdiri atas sepatu olahraga, sneakers, high heels, wedges, flat shoes, sandal-sandal cantik, flip flop, sendal gunung, hampir semua model sepatu dan sandal (waktu itu) saya punya. Ada yang dibeli dengan tabungan beberapa bulan, khususnya yang sepatu kantor dan olahraga, tapi sebagian besar berasal dari rak diskon (untungnya ukuran saya 35 up to 36 sehingga sewaktu sale di mana-mana penuh ukuran itu dengan harga super miring, bahkan sering saya dapat sepatu Yongki dengan hanya 20 ribu rupiah saja) atau hasil jalan-jalan di Melawai. Sewaktu saya pindahan dari Jakarta ke Samarinda, Mr Defender sangat syok dengan paket yang berisi baju, sepatu, tas, dan asesoris saya yang jumlahnya mencapai 20 kardus Aqua besar (jangankan dia, saya pun syok). Lalu ketika akhirnya lemari di kos baru saya nggak muat menampung itu semua dan akhirnya sebagian besar dari 20 kardus itu terpaksa tetap dikardusin, setiap saya naksir baju, sepatu,...

Sekolah Baru

Selamat tahun ajaran baru! Tahun ini Mbak Rocker masuk Sekolah Dasar di sekolah swasta yang sudah kami pertimbangkan bersama masak-masak selama beberapa waktu lamanya. Tambahan yang tak terduga, si Racun Api mendadak mogok sekolah di sekolah lamanya sehingga kami memutuskan untuk memindahkannya ke Taman Kanak-Kanak yang satu yayasan dengan sekolah kakaknya sekarang. Tentu saja walaupun mendadak dan tanpa rencana, proses pindah sekolah ini berlangsung dengan huru-hara dan drama singkat yang puji syukur bisa teratasi tanpa perlu ikut drama di media sosial. Yang penting, tahun ajaran baru datang dan anak-anak sudah bersekolah di sekolah baru. Amin! Allahu akbar! Bersekolah di sekolah baru ini, sungguh membuka mata saya tentang banyak hal. Terutama, tentang bagaimana rasanya menjadi minoritas. Saya lupa apakah sudah pernah bercerita, tetapi sekolah anak-anak yang sekarang menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin sebagai pengantarnya. Tentu saja kami sudah tahu sebelumnya, dan bahkan ...

Cyin, Pertanyaan Lo Gengges Deh!

Kemarin, entah untuk ke berapa ratus kalinya saya mendapat pernyataan (sekali lagi pernyataan bukan pertanyaan) yang sama: "Kamu kok nggak nikah-nikah sih." Saya sih sudah kehilangan selera menjawab. Soalnya, apa pun jawaban saya pasti salah deh. Mereka yang ngajak ngomong itu emang nggak niat pengen diskusi, apalagi perhatian. Niat mereka cuma mencerca dan menyudutkan, itu saja. Jadi mau saya jawab apa pun, selalu di-counter lagi sama dia. Saya sampai hafal kalau saya jawab A, mereka bakal balas B. Misalnya saya jawab, pengen kuliah lagi, pasti mereka balas, apa sih artinya pendidikan tinggi kalau nggak punya keluarga, apa yang mau diharapkan nanti di masa tua, pasti hidupnya hampa. Lalu kalau saya jawab lagi, prioritas hidup orang kan beda-beda, siapa tahu bagi mereka yang karir dan pendidikan tinggi tapi nggak membangun keluarga itu emang nggak pengen berkeluarga, kan? Siapa tahu mereka bahagia hidup sendiri. Tapi kalau saya jawab begini, pasti jadi panjang, dan s...