Snowflakes kids, millenial snowflakes... keluhan yang sering kita dengar sekarang ini tentang generasi muda zaman sekarang. Banyak teman saya yang sering mengeluhkan anak-anak fresh graduate di kantor mereka yang mirip-mirip sindiran Kaka dan Bimbim di Mars Slankers: tahu sedikit ngakunya sudah paham, kerja sedikit maunya kelihatan. Belum lagi kabarnya mereka mudah sekali terluka harga dirinya jika hasil kerja atau karyanya kurang dihargai, tidak bisa menerima masukan, dan menganggap semua kritikan profesional secara pribadi alias baperan. Intinya, they are snowflakes, mudah ambyar.
Tentu saja tidak semua millenial begitu ya. Tetapi yang namanya stereotip juga tidak muncul dengan sendirinya. Mungkin inilah saatnya introspeksi diri, mengapa generasi muda sekarang disebut snowflakes? Dan bagaimana kita sendiri sebagai orangtua? Apakah juga akan membesarkan snowflakes lainnya?
Sebagian besar dari generasi saya saat ini, dan juga generasi yang menjadi orangtua para snowflakes ini, umumnya dibesarkan oleh orang tua yang kompetitif dan otoriter. Yang menganggap anak selamanya adalah anak, yang harus memenuhi ekspektasi orangtua, yang dituntut berprestasi dalam banyak hal, tumbuh dengan berbagai aturan dan kekakuan, serta dalam perbandingan dan target ini itu.
Kebanyakan dari kita, ketika tumbuh mendewasa, berjanji untuk tidak akan mengulangi pola asuh orangtua kita. Semua orangtua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Mereka yang dulu lelah dituntut berprestasi akademis dan selalu dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya mungkin akan menyisakan sedikit luka dalam hati, dan berjanji untuk selalu mengapresiasi (baca: memuji setinggi langit) apapun pencapaian anaknya dan menghiburnya saat dia kecewa (mungkin diam-diam memberikan hadiah hiburan saat si anak gagal membawa pulang piala juara). Mereka yang muak dipaksa melakukan hal yang bukan minatnya akan berjanji menebus masa lalu dengan membiarkan anaknya kelak melakukan apapun yang mereka kira mereka suka, seabsurd apapun itu.
Seakan-akan kita ingin kembali ke masa lalu dan mengubahnya menjadi lebih baik melalui perantaraan anak-anak kita. Dan tentu saja itu sama tidak sehatnya dengan orangtua kita yang mencekoki kita bermacam les karena dulu orangtua mereka tidak punya sumberdaya untuk memberikan mereka semua les yanh mereka yakin akan berguna itu.
Begitulah, semua orang punya rindu dendamnya sendiri.
Dan dendam masa kecil kita mungkin akan atau telah menghasilkan some snowflakes yang merasa diri unik dan spesial. Special snowflakes. Bukannya merasa spesial itu salah ya, we are all a someone but anyone is someone too. Kita tidak se-spesial itu, sungguh. Oleh karenanya wajar kalau kita gagal, kalah, tidak menjadi yang terbaik. It's completely okay.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny