Skip to main content

kepada diriku di tahun lalu

Catatan:
Tulisan ini sebenarnya udah jadi draft sejak akhir Desember-awal Januari kemarin, tapi karena lagi sibuk (alasan) jadi baru dapat mood-nya untuk menyelesaikan sekarang.

terinspirasi oleh tulisan ini dan ini

Terima kasihku kepada diri sendiri di tahun lalu:
  • Terima kasih untuk selalu menjadi diri sendiri, 100% orisinal dan tidak berusaha menjadi orang lain untuk mengesankan orang lain.
  • Terima kasih telah mencintai tanpa menimbang untung rugi, mencintai tanpa rasa takut dan keraguan.
  • Terima kasih untuk tidak mengabaikan kegelisahan spiritualmu, untuk tidak mengabaikan pertanyaan-pertanyaan dalam hatimu, untuk mempertanyakan lagi segala yang selama ini engkau yakini.
  • Terima kasih telah mau mencari kesejatian dari dalam dirimu sendiri dan mendengarkan Tuhan dari telinga dan hatimu, walaupun dengan banyak cercaan dan pandangan sinis orang lain.
  • Terima kasih untuk memilih apa yang menurutmu terbaik walaupun mungkin itu bukan yang terbaik, karena pilihanmulah yang penting.
  • Terima kasih telah membuat langkah-langkah yang berani, dan terima kasih untuk keberanianmu menanggung segala resiko dari setiap langkah yang kautapakkan.
  • Terima kasih untuk bersahabat dengan mendengarkan kata hati, untuk tidak lagi memandang segala perbedaan di permukaan, untuk bersahabat dengan apa yang ada di balik kulit dan bukan di luarnya.
  • Terima kasih untuk keberanianmu mengatakan tidak, untuk berkata jangan, untuk tidak setuju, untuk bangkit dan melawan pada segala yang tidak engkau inginkan.
  • Terima kasih telah selalu berusaha menjadi versi terbaik dari dirimu, setiap hari.
Terima kasih, sudah menjadikanku aku yang hari ini. Aku sangat mencintaimu.

    Comments

    Popular posts from this blog

    Lekas Sembuh, Bumiku

    Ada banyak hal yang memenuhi pikiran setiap orang saat ini, yang sebagian besarnya mungkin ketakutan. Akan virus, akan perekonomian yang terjun bebas, akan harga saham, akan  ketidakpastian akankah besok masih punya pekerjaan. Ada banyak kekuatiran, juga harapan. Ada jutaan perasaan yang sebagian besarnya tak bisa diungkapkan. Tanpa melupakan bahwa kita tak hanya cukup merasa prihatin namun harus mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan, marilah kita mensyukuri apa yang masih kita miliki. Setiap detik kehidupan yang masih diberikan kepada kita, atap untuk berteduh, rumah tempat kita bernaung, makanan, udara yang segar, dan keluarga tercinta yang sehat.

    Tahun untuk Berjuang

    Saya tidak bermaksud membuat blog ini menjadi kumpulan essay galau, apalagi di awal tahun dan awal dekade yang semestinya disambut dengan penuh semangat. Tapi mungkin tahun ini memang saya mengalami krisis usia 30-an. Mungkin juga usia 30 adalah usia mendewasa yang sebenarnya sehingga banyak hal yang mendadak tersangkut di pikiran. Dan mungkin juga tahun ini memang dibuka dengan berbagai duka yang belum selesai dari tahun lalu. Seorang kerabat dekat yang sangat saya sayangi divonis dengan penyakit yang cukup serius tahun lalu, dan tahun ini kami semua berjuang untuk kesembuhannya. Sangat sulit untuk tetap berpikiran positif di saat ketidakpastian yang mencekam ada di depan mata. Selain satu hal ini, ada beberapa hal lain dalam hidup kami yang sedang tidak beres, seakan semesta kami mulai runtuh sedikit-sedikit, dan jiwa saya lumat perlahan-lahan di dalam pusaran masalah yang tak henti. Saya berkali-kali mencoba mengingatkan diri bahwa saya harus tetap berusaha untuk tid...

    Mau Jadi Apa?

    Kembali ke topik yang pastinya membuat mereka yang sudah membaca blog ini sejak lama muntah atau minimal menguap saking bosannya: karir dan passion . Hahaha, muntah, muntah deh. Brace yourself. Sebab ini merupakan salah satu topik pencarian diri yang memang belum berakhir untuk saya (dan mungkin tidak akan berakhir). Begini, ya, seperti yang semua orang tahu, saat ini saya tidak berkarir di bidang yang sesuai dengan minat saya. Bahkan, saya sendiri tidak tahu minat saya apa. Apakah saya sudah mencoba pepatah bijak jika tidak bisa mengerjakan yang kamu cintai, cintailah apa yang saat ini kamu kerjakan? Hm, sudah, sejuta kali, dan sebesar apa pun saya berusaha tidak mengeluhkan pekerjaan saya, saya memang tidak bisa bilang saya cinta, apalagi menyatakan ini adalah passion saya. Jangan salah, saya bersyukur atas pekerjaan saya, dan saya menikmati semua yang pekerjaan ini berikan: gaji yang cukup untuk hidup layak, waktu yang longgar untuk menikmati anak-anak saya bertumbuh, fasilita...